Beranda · Teknologi · Olahraga · Entertainment · Gaya Hidup

Prestasi Belajar Aqidah Akhlak

Jejak Pendidikan- Prestasi belajar aqidah akhlak disini adalah nilai yang diperoleh peserta didik melalui pengerjaan soal tes aqidah akhlak berdasarkan materi yang telah diajarkan kepada peserta didik tersebut. Dalam hal ini peneliti hanya mengukur prestasi belajar aqidah akhlak peserta didik dari segi kognitifnya saja.

Materi pelajaran aqidah akhlak yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah “akhlak terpuji pada diri sendiri” untuk dijadikan indikator, dimana materi tersebut diajarkan di kelas VIII pada Bab 2 semester pertama, yaitu mencakup sifat-sifat sebagai berikut:



a. Tawakal

“Tawakal berasal dari bahasa arab yaitu kata wakala, artinya menyerahkan, mempercayai, mewakilkan, bersandar kepada dinding”. “Tawakal ialah menyerahkan keputusan segala perkara, ikhtiar, dan usaha kepada Allah”. Dengan kata lain Tawakal bisa diartikan sebagai rasa pasrah hamba kepada Allah SWT yang disertai dengan segala daya dan upaya mematuhi, setia dan menunaikan segala perintahnya.

Orang yang mempunyai sikap tawakal akan senantiasa bersyukur jika mendapat sesuatu keberhasilan dari usahanya, sementara itu jika mengalami kegagalan senantiasa menerima dengan ikhlas keadaan tersebut tanpa merasa putus asa dan larut dalam kesedihan, karena ia menyadari bahwa segala keputusan Allah pastilah terbaik.

Jadi hakikat tawakal adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT setelah berbuat semaksimal mungkin untuk mendapatkan sesuatu yang diharapkannya. Orang yang mempunyai sikap tawakal juga akan merasa tentram denga janji Allah, merasa cukup dengan pemberian dan pengetahuan yang diberikan kepadanya, dan dia juga akan merasa puas dengan kebijaksanaan-Nya, sesuai denga apa yang orang itu kerjakan.


b. Ikhtiar

Ikhtiar adalah usaha seorang hamba untuk memperoleh apa yang dikehendakinya, agar tujuan hidupnya selamat sejahtera di dunia dan akhirat terpenuhi. Ikhtiar juga dilakukan dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati, dan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan ketrampilannya, tetapi jika usaha yang dilakukan gagal, maka tidak boleh berputus asa. Al-Ghazali dalam M. Yatimin Abdullah, mengajak kaum muslimin agar berusaha dan jangan hanya bertawakal semata, tetapi harus bekerja keras yang disebut dengan ikhtiar.


c. Sabar

Sabar bukanlah sesuatu yang harus diterima apa adanya, “sabar adalah menahan diri dalam memikul suatu penderitaan, baik dalam sesuatu urusan yang tidak diingini maupun dalam kehilangan sesuatu yang diingini”. “ketika seseorang lebih memilih dorongan agama dan mengalahkan dorongan hawa nafsu maka dia telah bersikap sabar”. Jadi pada dasarnya, sabar adalah menahan diri dari dorongan hawa nafsu demi menggapai keridhoan tuhannya dan menggantinya dengan bersungguh-sungguh menjalani cobaan-cobaan Allah SWT. Atau dengan kata lain sabar adalah sikap yang kuat menahan diri dari kesulitan yang dihadapinnya, tetapi bukan berarti sabar itu langsung menyerahkan diri kepada Allah tanpa diikuti upaya untuk keluar dari kesulitan tersebut.


d. Syukur

Kata syukur berasal dari bahasa arab yaitu -ُ "شك يشك -ُ شك اُ" yang berarti Pujian atau ucapan terimakasih atau pernyataan terimakasih. Sedangkan secara syar’i, pengertian syukur adalah memberiakan pujian kepada Allah SWT yang telah memberikan segala bentuk kenikmatan dengan cara melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar, dalam pengertian tunduk dan berserah diri hanya kepada Allah SWT. “Esensi sifat syukur dalam diri manusia merupakan efek dari kesadaran manusia terhadap rahmat dan karuniannya yang diterimanya dari Tuhan”.

Syukur ialah sifat mulia yang wajib dimiliki oleh setiap individu muslim, yaitu menyadari bahwa segala nikmat-nikmat yang ada pada dirinya itu merupakan karunia dan anugrah dari Allah semata dan menggunakan nikmat-nikmat yang diperolehnya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT serta memeliharanya dari penyelewengan atau melakukan larangan yang telah diharamkannya.

e. Qona’ah

Qona’ah ialah menerima dengan cukup, dan didalamnya mengandung lima perkara pokok, yakni:
  1. menerima dengan rela akan apa yang ada,
  2. memohon yang sepantasnya kepada Allah yang dibarengi dengan usaha,
  3. menerima dengan sabar akan ketentuan Allah,
  4. bertawakal kepada Allah, 
  5. Tidak tertarik oleh tipu daya dunia. Qona’ah merupakan modal yang paling teguh untuk menghadapi kehidupan, yang dapat menimbulkan semangat untuk mencari rezeki, dengan tetap memantapkan fikiran, meneguhkan hati, bertawakal kepada Allah, mengharapkan pertolongan-Nya, serta tidak putus asa ketika ada keinginan yang belum berhasil.
Qona’ah bukan hanya dengan pasrah dan berpangku tangan menerima suatu keadaan, namun qona’ah dapat difungsikan untuk menjaga kesederhanaan agar hati tetap dalam ketentraman, terhindar agar tidak tenggelam dalam gelombang dunia, dan berorientasi hanya kepada harta benda saja.


Sumber:
  1. Rosidi, Pengantar Akhlak Tasawuf, (Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015).
  2. Muhammad Rifa’i Subhi, Tasawuf Modern, (Pemalang: Alrif Management, 2012).
  3. Khairunnas Rajab, Obat Hati, (Yogyakarta: PT LkiS Printing Cemerlang, 2010).
  4. M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2007).
  5. Khairunnas Rajab, Obat Hati, (Yogyakarta: PT LkiS Printing Cemerlang, 2010).
  6. Nasirudin , Akhlak Pendidik, (Semarang: CV Karya Abadi Jaya, 2015).