Advertisement
Jejak Pendidikan- Huruf Hijaiyah merupakan huruf asli dari bangsa Arab. Dari ali bin Hasan bi Ali bin Fadhal dari Bapaknya dari Imam Ridha as, beliau berkata: sesungguhnya yang pertama kali diciptakan Allah Swt. agar makhlukmakhluknya mengetahui diri-Nya adalah tulisan-tulisan huruf Hijaiyah, karena sesungguhnya jika ada seseorang yang dipukul kepalanya oleh tongkat karena dianggap tidak fasih dalam berbicara, maka hukumnya, hendaknya dia jelaskan tentang huruf hijaiyah kemudian diberikan diyat sebanyak yang tidak bisa dia pahami.
Para sejarawan Arab, kata al-Zanjani, sependapat bahwa tulisan Arab dikenal di Mekah melalui seorang bernama Harb bin Umayyah bin Abu Al-Syams, dan Harb belajar kepada Bisyr bin Abdul Al-Malik, saudara Ukaidir tokoh Daumatu Al-Jandal. Ia belajar pada orang al-Anbar, kemudian itu ia pergi ke Mekah. Tulisan orang al-Anbar, diperbaiki (disempurnakan) oleh ulama Kufah, dan tulisan ini dipakai pada masa itu. Tulisan itu tiada berbaris dan tiada bertitik. Kemudian bentuk tulisan itu diperbaiki oleh Abu Ali Muhammad ibn Ali ibn Muqlah dan kemudian diperbaiki oleh Ali ibn Hilal Al-Bagdady yang terkenal dengan nama Ibnul Bauwab.
Sampai Islam datang, telah banyak penduduk mekah yang menguasai tulisan yang dibawa Harb ini, sekalipun tak sedikit pula yang masih buta huruf (ummiy), termasuk di antaranya Rasulullah Saw. Buta hurufnya Rasulullah Saw. justru (bagi beliau dan bagi Islam) merupakan sesuatu yang positif. Kalau saja orang yang mengemban wahyu ini mampu membaca dan menulis, tentu para pembangkangnya mempunyai alasan untuk mengatakan bahwa al-Quran itu adalah karangan Muhammad Saw.
Untuk penulisan ayat-ayat al-Quran pada zaman Rasulullah, alat-alat yang mereka gunakan masih sangat sederhana. Para sahabat menulis al-Quran pada u’sub (pelepah kurma), likhaf (batu halus berwarna putih), riqa’ (kulit), aktaf (tulang unta), dan aqtab (bantalan dari kayu yang biasa dipasang dipunggung unta). Adapun pada masa Abu Bakar sampai pada masa Utsman mengalami tahapan lebih maju yaitu sudah menggandakan mushaf dan dikirimkan ke beberapa wilayah kekuasaannya. Islam sangat menjunjung tinggi karya tulis. Tulislah sesuatu, jangan hanya bicara. Islam juga sangat menjunjung tinggi pusat data informasi, perpustakaan, museum untuk diambil pelajaran daripadanya. Selain itu, Islam menjunjung tinggi ilmu pengetahuan.
Sumber:
Para sejarawan Arab, kata al-Zanjani, sependapat bahwa tulisan Arab dikenal di Mekah melalui seorang bernama Harb bin Umayyah bin Abu Al-Syams, dan Harb belajar kepada Bisyr bin Abdul Al-Malik, saudara Ukaidir tokoh Daumatu Al-Jandal. Ia belajar pada orang al-Anbar, kemudian itu ia pergi ke Mekah. Tulisan orang al-Anbar, diperbaiki (disempurnakan) oleh ulama Kufah, dan tulisan ini dipakai pada masa itu. Tulisan itu tiada berbaris dan tiada bertitik. Kemudian bentuk tulisan itu diperbaiki oleh Abu Ali Muhammad ibn Ali ibn Muqlah dan kemudian diperbaiki oleh Ali ibn Hilal Al-Bagdady yang terkenal dengan nama Ibnul Bauwab.
Sampai Islam datang, telah banyak penduduk mekah yang menguasai tulisan yang dibawa Harb ini, sekalipun tak sedikit pula yang masih buta huruf (ummiy), termasuk di antaranya Rasulullah Saw. Buta hurufnya Rasulullah Saw. justru (bagi beliau dan bagi Islam) merupakan sesuatu yang positif. Kalau saja orang yang mengemban wahyu ini mampu membaca dan menulis, tentu para pembangkangnya mempunyai alasan untuk mengatakan bahwa al-Quran itu adalah karangan Muhammad Saw.
Untuk penulisan ayat-ayat al-Quran pada zaman Rasulullah, alat-alat yang mereka gunakan masih sangat sederhana. Para sahabat menulis al-Quran pada u’sub (pelepah kurma), likhaf (batu halus berwarna putih), riqa’ (kulit), aktaf (tulang unta), dan aqtab (bantalan dari kayu yang biasa dipasang dipunggung unta). Adapun pada masa Abu Bakar sampai pada masa Utsman mengalami tahapan lebih maju yaitu sudah menggandakan mushaf dan dikirimkan ke beberapa wilayah kekuasaannya. Islam sangat menjunjung tinggi karya tulis. Tulislah sesuatu, jangan hanya bicara. Islam juga sangat menjunjung tinggi pusat data informasi, perpustakaan, museum untuk diambil pelajaran daripadanya. Selain itu, Islam menjunjung tinggi ilmu pengetahuan.
Sumber:
- Maya Rini Handayani, Game Edukasi Huruf Hijaiyah.
- Acep Hermawan, Ulumul Qur’an Ilmu untuk Memahami Wahyu, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013).
- Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Al-Qur’an/Tafsir, (Jakarta: Bulan Bintang, 1954).
- Acep Hermawan, Ulumul Qur’an Ilmu untuk Memahami Wahyu,
- Didik Suharyo, Mujizat Huruf-huruf Al-Qur’an Memahami Makna Al-Qur’an Melalui Kode dan Tinjauan Sains,