Akan tetapi dalam penerapan metode pembelajaran Al-Qur’an, mempunyai tahapan-tahapan dalam pengajaranya sebagaiman yang diuraikan oleh Abdul Alim Ibrahim dalam bukunya yang bernama Al-Muwajjah Al-Fanniy adalah sebagai berikut:
Metode pengajaran Al-Qur’an untuk Madrasah Ibtidaiyah bagi murid-murid tahap awal, tidak sama dengan metode pengajaran Al-Qur’an bagi murid-murid tahap kedua dan ketiga. Adapun keteranganya adalah sebagai berikut:
Anak-anak dalam tahap pertama masih dalam preode belajar membaca. Oleh karena itu, mereka belum bisa membaca dengan menggunakan mushaf, kitab, ataupun papan tulis. Disamping itu pengajaran Al-Qur’an dalam tahap ini baru belajar surah-surah pendek. Pengajaran Al-Qur,an ini dilakukan seakan-akan anak-anak itu melantunkan lagu-lagu dari langit. Maka para guru dalam melaksanakan pengajaran Al-Qur’an untuk tahap ini harus dengan langkah-langkah seperti dalam mengajar menyanyi kepada anak-anak, yaitu:
Untuk murid-murid tahap keduadan ketiga yaitu kelas tiga, empat, lima dan enam, maka metodenya berbeda-beda pada sebagianya:
- Guru mempersiapkan sebuah surah Al-Qur’an yang pendek dengan menjelaskan maudhuknya secara mudah dan ringkas, yang sebelumnya dengan didahului dengan diskusi ringan dan tanya jawab dengan kemampuan anak-anak sehingga menyinggung maudhuk dari surah itu.
- Guru membaca sendiri surah tersebut secara khusyuk dan pelan-pelan. Sedangkan anak-anak mendengarkan bacaan guru itu. Guru mengulangi bacaan ini hingga dua kali atau tiga kali atau lebih.
- Guru memberitahukan kepada anak-anak bahwa dia akan mengulangi bacaan tersebut secara sebahagian-sebahagian,dan murid-murid menirukanbacaannya, sedangkan guru memperhatikan bacaan mereka, ucapan mereka, bila ada kesalahan harus segera di betulkan.
- Anak-anak dalam kelas tersebut dibagi menjadi beberapa kelompok. Guru menyuruh satu kelompok murid agar menirukan apa yang ia baca, kemudian meminta kepada kelompok lain untuk menirukan bacaannya pula, demikian seharusnya.
- Kemudian guru berpindah melatih anak-anak untuk membaca perorangan. Yaitu dengan menyuruh salah satu anak untuk menirukan bacaannya, kemudian menyuruh kepada anak yang lain, dan seterusnya. Kemungkinan besar diantara anaka-anaka itu ada yang bisa hafalsurah pendek tersebut setelah mengikuti bacaan yang terus menerus itu. Maka disaat itu guru dapat menyuru salah seorang anak yang sudah hafal itu untuk membacanya dengan bebas. Dengan adanya motivasi untukberlomba diantara anak-anak tersebut, maka dalam tempo singkat anak-anak sudah banyak yang hafalsurah pendek tersebut.
- Guru berdiskusi dengan anak-anak mengenai arti surat tersebut dengan pertanyaan-pertanyaan yang mudah dan ringan. Jika keadaan nash Al-Qur’ itu panjang, maka dibagi-bagi menjadi satuan-satuan ayat,dan masing-masing satuan ayat itu diberi penjelasan seperlunya.
- Sebelum memulai dengan pelajaran baru dari pengajaran Al-Qur’an itu, sebagian anak diberikan testdari ayat-ayat yang sudah mereka hafalkan sebelumnya. Hal ini adalah untuk appersepsi dan pemantapan.
Untuk murid-murid tahap keduadan ketiga yaitu kelas tiga, empat, lima dan enam, maka metodenya berbeda-beda pada sebagianya:
- Guru menyiapkan sebuah surah Al-Qur’an dengan cara seperti tersebut diatas.
- Guru memberitahukan kepada murid mengenai surah al-Qur’an yang akan diajarkan itu dengan menunjukan letaknya dalam kitab kepada mereka, atau dengan menuliskannya di papan tulis.
- Guru membacakan surah Al-Qur’an itu dalam waktu yang singkat dengan bacaan yang khusyuk dan pelan-pelan.
- Guru menyuru sebagian murid untuk membacanya dan setiap murid agar membaca bagian yang telah ditentukan, kemudian diikuti oleh yang lain dengan mengulangi bacaan ini. Dan bila ada kesalahan harus segera dibetulkan.
- Menyuru murid-murid agar mereka membaca secara berkelompok dengan mengatur bacaan tersebut baik mulainya maupun berhentinya (waqofnya). Dan guru agar membuat variasi dalam melaksanakan metode kelompok ini sehingga setiap anak mendapat giliran.
- Kemudian guru mengulangi lagi agar murid-murid membaca secara individu.
- Guru menjelaskan surat tersebut dengan penjelasan yang mudah dengan cara tanya jawab dan diskusi, dan tidak boleh membicarakan bahasa terlalu lama, tetapi cukup dengan pemahaman susunan bahasanya.
- Agar guru membirikan test kepada murid yang sudah siap tentang apa yang sudah mereka hafalkan dari surat-surat Al-Qur’an.
Sumber:
Ahmad Zayadi. Abdul Majd. Tadzkirah (Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Berdasarkan Pendekatan Kontekstual) (Jakarta, Rajawali Press, 205).