a. Metode pembiasaan
Termasuk yang diperlukan seorang anak adalah perhatian orang tua terhadap akhlaknya (tingkah laku sehari-hari). Ibnu Qayyim berkata:
Seorang anak akan tumbuh sesuai dengan perilaku yang dibiasakan oleh pengasuhnya, seperti sikap keras, pemarah, suka membantah, tergesa-gesa, mengikuti keinginan sendiri, gegabah, kasar, dan rakus. Ketika anak dewasa, perangainya di masa kecil akan sulit dihilangkan, hingga akhirnya menjadi tabiat yang lekat dalam dirinya. Maka tidak heran jika banyak dijumpai orang-orang dewasa yang berprilaku menyimpang. Itu semua akibat cara mendidik di masa kecil yang keliru.Dari pendapat tersebut, maka dapat diketahui bahwa bentuk metode pendidikan akhlak anak didik adalah dengan metode pembiasaan. Pembiasaan sejak anak masih kecil merupakan cara tepat untuk pembentukan akhlak atau karakter anak.
Bukan sekedar pendidikan akhlak yang harus dibiasakan oleh pendidik dalam metode mendidik anak, namun juga pembiasaan sejak kecil anak diajak selalu beribadah kepada Allah. Dengan adanya pembiasaan sejak kecil, maka ketika anak tumbuh dewasa, pembawaan sejak kecil akan makin lekat saat mencapai dewasa.
b. Metode keteladanan
Metode uswatun hasanah atau keteladanan merupakan metode yang diambil dalam firman Allah SWT:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (Q.S al-Ahzab/33:21)146
Metode ini adalah metode utama yang digunakan oleh Rasulullah SAW dalam pendidikan Islam, terutama pendidikan anak. Penerapan metode pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW mencapai kejayaan dengan baik, karena Rasulullah SAW sendiri menunjukkan model dan pelaksanaan aspek pendidikan Islam yang hendak beliau sampaikan olehnya.
Ibnu Qayyim berkata:
suri tauladan akan melahirkan ketaatan yang akhirnya tumbuh dan membesar. Seperti sebuah biji yang engkau tanam, ia akan tumbuh kemudian menjadi pohon, lalu berbuah, engkau makan buahnya, dan isinya engkau tanam kembali. Setiap pohon yang tumbuh akan menghasilkan buah dan isinya akan tumbuh lagi dan akan menjadi pohon dan seterusnya. Begitu juga contoh yang jelek. Maka hendaklah engkau merenungkan perumpamaan ini. Pahala kebaikan adalah kebaikan sesudahnya, dan akibat dari kejelekan adalah kejelekan sesudahnya.
Pendidik (orang tua /guru) merupakan cermin ataupun suri tauladan bagi anak (peserta didik), karena seorang anak akan selalu menirukan apa yang dilakukan oleh pendidik dalam kesehariannya.
c. Metode Nasihat
Seseorang terkadang lebih senang mendengarkan atau memperhatikan nasihat orang-orang yang ia cintai dan ia jadikan tempat mengadukan segala permasalahannya. Dalam situasi yang demikian, nasihat akan benar-benar mempunyai pengaruh yang mendalam pada dirinya, lebih-lebih kalau nasihat itu disampaikan dengan penuh rasa kasih sayang dan dari hatike hati.
d. Metode hukuman
Bila metode pembiasaan, keteladanan dan nasihat tidak mampu dan tidak efektif untuk mendidik anak, maka harus diadakan tindakan tegas yang dapat meletakkan persoalan ditempat yang benar, yaitu sebuah metode hukuman.
Hukuman sesungguhnya tidaklah mutlak diperlukan. Ada orang-orang yang baginya kebiasaan, keteladanan dan nasihat saja sudah cukup, tidak perlu lagi hukuman dalam metode pendidikan. Akan tetapi manusia itu tidak sama seluruhnya. Diantara mereka ada yang perlu dikerasi.
Ibnu Qayyim menyarankan penggunaan metode hukuman, mengutip dari sebuah hadits dari Nabi SAW terutama dalam masalah shalat. Ketika seorang anak mencapai usia sepuluh tahun dan meninggalkan shalat, maka hukuman yang berlaku baginya adalah dipukul. Namun, pukulan ini adalah pukulan yang mendidik dan unuk melatihnya melakukan ibadah. Dengan adanya hukuman ini, diharapkan anak akan merasa jera dan tidak lagi meninggalkan shalat.
e. Metode learning by doing a good thing
Disamping itu, Ibnu Qayyim merekomendasikan penggunaan metode learning by doing a good thing. Mengaktifkan dan menyertakan anak dalam berbuat baik, seorang anak hendaknya diaktifkan dalam perbuatan-perbuatan baik sehingga akhlak yang utama menjadi sesuatu yang dicintainya.
Ibnu Qayyim sepakat untuk tidak merekomendasikan penggunaan metode perdebatan dalam mendidik anak. Dan masih banyak lagi metode yang digunakan oleh Ibnu Qayyim seperti metode: hafalan pemberian contoh/misal hiwar, tanya jawab, hafalan, pemberian misal, cerita/kisah, dan lain-lain. Penggunaan metode harus diselaraskan dengan tahapan perkembangan, tingkat kecerdasan, bakat dan pembawaan anak, dan tujuannya pendidikan dan karakteristik materi.
Ibnu Qayyim menyarankan penggunaan metode hukuman, mengutip dari sebuah hadits dari Nabi SAW terutama dalam masalah shalat. Ketika seorang anak mencapai usia sepuluh tahun dan meninggalkan shalat, maka hukuman yang berlaku baginya adalah dipukul. Namun, pukulan ini adalah pukulan yang mendidik dan unuk melatihnya melakukan ibadah. Dengan adanya hukuman ini, diharapkan anak akan merasa jera dan tidak lagi meninggalkan shalat.
e. Metode learning by doing a good thing
Disamping itu, Ibnu Qayyim merekomendasikan penggunaan metode learning by doing a good thing. Mengaktifkan dan menyertakan anak dalam berbuat baik, seorang anak hendaknya diaktifkan dalam perbuatan-perbuatan baik sehingga akhlak yang utama menjadi sesuatu yang dicintainya.
Ibnu Qayyim sepakat untuk tidak merekomendasikan penggunaan metode perdebatan dalam mendidik anak. Dan masih banyak lagi metode yang digunakan oleh Ibnu Qayyim seperti metode: hafalan pemberian contoh/misal hiwar, tanya jawab, hafalan, pemberian misal, cerita/kisah, dan lain-lain. Penggunaan metode harus diselaraskan dengan tahapan perkembangan, tingkat kecerdasan, bakat dan pembawaan anak, dan tujuannya pendidikan dan karakteristik materi.
Sumber:
- Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Al-Fawa‟id “Terapi Mensucikan Jiwa”, terj. Dzulhikmah,
- Fadhil Al-Jamali Muhammad, Al-falsafah At-Tarbiyyah Fil Qur‟an „Konsep Pendidikan Qur‟ani, terj. Judi Al-falasani, (Solo: Ramadhani, 1993).