Al-Qur’an
Agama Islam sebagaimana yang tertulis dalam kitab suci Al-Qur’an senantiasa menganjurkan manusia untuk membersihkan diri agar jauh dari dosa dan kesalahan, dengan melakukan amalan-amalan yang digariskan Allah untuk hamba-Nya. Disamping itu banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menganjurkan kepada manusia untuk bertawakal, sabar serta taubat. Dan beribadat yang lain sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW sebagai seorang Insan Kamil.Al-Qur’an yang kebenarannya tidak diragukan lagi, menjadi petunjuk bagi orang yang bertaqwa (al-Baqarah/2:2). Ia sebagai al-Furqan (pembeda antara yang benar dan yang salah) (al-Furqan/25:1) mempunyai fungsi sebagai kitab suci yang berisi ajaran dan pedoman yang dapat dipakai untuk mengarungi kehidupan ini. Ia juga sebagai al-Dzikru (peringatan) (al-Hijr/15:9) agar manusia hidup bahagia dunia dan akhirat.
Tasawuf lahir karena didorong oleh ajaran Islam sebagaimana yang terkandung dalam sumbernya al-Qur’an dan Hadist. Yakni mendorong untuk hidup sufistik. Selain itu kedua sumber itu mendorong agar umatnya berperilaku baik, tolong menolong, beribadah, berpuasa dan sebagainya. Yang semua itu merupakan inti tasawuf. Al-Qur’an mendeskripsikan sifat-sifat orang yang wara’ dan taqwa dalam surat al-Ahzab ayat 35, yang artinya:
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim laki-laki dan perempuan yang mukmin laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar (jujur), sabar, khusyu’ mau mengeluarkan sedekah, mau berpuasa, mau memelihara kehormatannya, yang banyak dzikir kepada Allah, maka Allah akan menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar (al-Ahzab:35).
Al-Sunnah
Sejalan dengan apa yang dibicarakan al-Qur’an tentang ajaran tasawuf, hadistpun banyak berbicara tentang kehidupan rohaniah. Berikut ini terdapat teks hadist yang dapat dipahami dengan pendidikan tasawuf. Pandangan mengenai cinta kepada Allah berdasarkan kesadaran adanya komunikasi dan dialog langsung antara manusia dengan Tuhannya. Kesadaran dan komunikasi langsung dengan Tuhannya berakar pada ajaran Islam, yakni al-Ihsan.Kehidupan Nabi Muhammad SAW yang melambangkan dengan kesederhanaan baik perabot rumah tangga, pakaian dan makanan. Beliau tidak memikirkan kemegahan dan kemewahan, sementara beliau sangat mampu untuk berbuat sebaliknya. Mengingat kekayaan dan finansial seluruh umat Islam berada dalam kekuasaanya, dan sangat memungkinkan beliau mempergunakan sekehendaknya. Namun beliau hidup sederhana, bagai kehidupan orang yang fakir dan miskin.
Sumber:
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Semarang: CV. Toha Putra, 1989).