Beranda · Teknologi · Olahraga · Entertainment · Gaya Hidup

Ibnu Qayyim Al- Jauziyyah

Biografi Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah

Jejak Pendidikan- Nama lengkap ibnu Qayyim adalah Syamsudin bin Abu Bakar bin Ayyub bin Sa'ad bin Hariz Ad-Dimasqi Al-Jauziyah beliau adalah seorang putra pendiri Madrasah al-Jauziyah di Damaskus. Imam ibnu qayyim al-Jauziyyah lahir di Damaskus, Suriah pada 7 Shafar 691 H bertepatan dengan tahun 1291 M.

Ibnu Qayyim hidup dalam lingkungan keilmuan murni. Ia memanfaatkan seluruh waktunya untuk menuntut ilmu dan memperdalam pokok-pokok ajaran Islam serta memerangi kebatilan penyelewengan dan kemusyrikan. Seluruh hidupnya dihabiskan untuk memerangi syubhat yang berkembang dalam tubuh Islam. Ia memegang teguh akidah para salaf.

Imam ibnu Qayyim al-jauziyah meninggal dunia pada waktu isya, 18 Rajab 751 H bertepatan dengan tanggal 23 september 1350 M. Ia disholatkan di Masjid Jami Al-Umawi
dan setelah itu di Masjid Jami‟ Jarrah. Kemudian ia dikuburkan di pekuburan Babush Shagir, Damaskus.

Dalam mimpinya itu beliau bertanya kepada sang syaikh tentang tempatnya nanti. Dan, sang syaikh memberikan isyarat akan ketinggian tempatnya nanti diatas tempat para pembesar ulama. Syaikh Taqiyudin lalu berkata kepadanya. “ Dan kamu sebentar lagi menyusul kami. Akan tetapi sekarang kamu berada setingkat dengan Ibnu Khuzaimah. “Wallahu a‟lam.

Masa studi Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah

Ibnu Qayyim adalah salah satu ulama besar yang tak pernah puas dengan ilmu-ilmu atau pengetahuan tentang agama. Dengan semangat orang yang haus dan jiwa yang selalu terpaut akan ilmu, Ibnu Qayyim selalu menimba ilmu dari para pakar ilmu dibidangnya diantaranya yaitu; Asy-Syihab Al-Abir dan Abu Al-Fath Al-Ba‟labakki, adalah gurunya dalam bidang ilmu nahwu, atau lebih khusus pengajar Alfiyah Ibnu Malik. Sehingga ia menguasai dan pandai berbahasa arab sebelum umurnya menginjak 9 tahun.

Selain itu juga Ibnu Qayyim suka menelaah buku-buku ilmu jiwa dan mempelajari seluruh cabang ilmu syari‟ah seperti; ilmu kalam, tafsir, hadits, fikih, ushul fikih, faraidh, dan yang lainnya. Salah satu guru yang sangat ia sayangi adalah Ibnu Taimiyah. Kecintaan Ibnu Qayyim kepada gurunya ini sungguh telah meresap dalam sanubarinya, sehingga ia mengambil mayoritas ijtihadnya, membelanya serta mengembangkan keontetikan dalil-dalilnya, menyerang argumentasi para penentangnya. Inilah yang kemudian mendorongnya untuk melakukan penyederhanaan dan penyuntingan terhadap buku-bukunya serta penyebarluasan ilmu dan ide-idenya. kebersamaannya bersama Ibnu Taimiyah selama 16 tahun memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membentuk pola pikirnya, pengisian dan pengembangan potensinya serta penguatan terhadap basis pengetahuannya terutama yang berkenaan dengan Al-Qur‟an dan As-Sunnah.

Hal penting yang diambil oleh Ibnu Qayyim dari gurunya Ibnu Taimiyah adalah metode dakwah (ajakan) untuk berpegang teguh kepada kitabullah, dan As-Sunnah Rasulullah yang shahih, serta metode pemahaman terhadap keduanya dengan pemahaman salafusshalih, yaitu membuang apa saja yang bertentangan dengan kedua sumber tersebut, memperbaharui ajaran-ajaran agama, serta membersihkannya dari segala macam bid‟ah dan khurafat.

Dengan adanya sifat hausnya akan ilmu, Ibnu Qayyim berhasil menguasai berbagai macam ilmu pengetahuan. Yang menjadikan Ibnu Qayyim seorang ahli tafsir, ahli hadits, penghafal Qur‟an, ahli ilmu nahwu, ahli ushul, ahli ilmu kalam, sekaligus orang mujtahid.

Karya-karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah

Salah satu unsur penting yang umum dijadikan dasar pertimbangan dalam menilai bobot keilmuan seseorang, terutama masa-masa terakhir ini ialah berapa banyak dan sejauh mana kualitas karya ilmiah yang telah dihasilkannya.

Dilihat dari perspektif ini, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah termasuk kelompok pengarang yang produktif, Thaha Abdur Rauf, seorang ahli fiqih dan sejarawan, menulis karya ibnu qayyim tidak kurang dari 49 buku yang meliputi berbagai disiplin ilmu, termasuk juga dalam bidang pendidikan.

Berikut ini beberapa karya-karya ilmiah dari Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, diantaranya:

  1. Tuhfah Al Maudūd Bi Ahkām Al Maulūd (Jeddah: Maktabah, tth).
  2. Miftah DarisSa‟adāh, (Kairo: al-Sa‟adah, 1323 H).
  3. A‟lam al-Muwaqqi‟in „An Rabbi al-„Alamin, (Dar al Kutub al-Ilmiyah, Lebanon, 1313 H)
  4. al-Jawāb al-Kafi Liman Sa‟ala „an ad-Dawa‟I as-Syafi, (Kairo: tp, 1904 M)
  5. Ighatsat al-Lahafan min Mashayidi asy-Syaithan, (Kairo: tp, 1320 H)
  6. Uddatu ash-Shabirin wa Dzakhiratu as-Syakirin, al-Salafiyah, (Kairo: al-Salafiyah, 1341 H)
  7. Raudhatu al-Muhibbin wa Nuzhatu al-Musytaqin, (Kairo: tp,1375 H)
  8. MadarijusSalikin, (Kairo: al-Manas, 1331 H)
  9. At-ThibbunNabawi, (Beirut: Maktabar Al-Manar Al-Islamiyah, 1982M)
  10. Ahkamu Ahli Adz-Dzimmah, (Beirut: darul „Ilmi Li Malayih, 1961M)
  11. Amtsal al-Qur‟an, (Beirut: Darul Ma‟rifa,1963 M)
  12. Bada‟i al-Fawa‟id, (Kairo: tp. tth).

Sumber:

  1. Iskandar Salman, 99 Tokoh Muslim Dunia, (Bandung: Mizan Media Utama, 2007).
  2. Syaikh Ahmad Farid, Min A‟lam As-Salaf “60 Biografi Ulama Salaf”, terj. Masturi Ilham, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2005).
  3. M. Hasan Al-Jamal, Biografi 10 Imam Besar, (Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2005).
  4. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2010).
  5. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Al-Fawa‟id “Terapi Mensucikan Jiwa”, terj. Dzulhikmah, (Jakarta: Qisthi Press, 2012).