Beranda · Teknologi · Olahraga · Entertainment · Gaya Hidup

Macam-Macam Nilai-Nilai Pendidikan Islam

Jejak Pendidikan- Dalam proses kependidikan Islam, terdapat macam-macam nilai Islam yang mendukung dalam pelaksanaan pendidikan bahkan menjadi suatu rangkaian atau sistem di dalamnya. Nilai tersebut menjadi dasar pengembangan jiwa anak sehingga bisa memberi out put bagi pendidikan yang sesuai dengan harapan masyarakat luas. Dengan banyaknya nilai-nilai Islam yang terdapat dalam pendidikan Islam, maka peneliti mencoba membatasi bahasan dari penulisan ini dan membatasi nilai-nilai pendidikan Islam dalam empat aspek, diantaranya:

a. Aspek Aqidah 

Aqidah berarti iman, kepercayaan, dan keyakinan. Kepercayaan tumbuhnya dari dalam hati, sehingga yang dimaksud dengan aqidah adalah kepercayaan yang selalu terikat dalam hati.31 Dalam Islam aqidah merupakan masalah asasi yang merupakan misi pokok yang diemban para Nabi, baik-tidaknya seseorang dapat ditentukan dari aqidahnya. Dalam kehidupan manusia perlu ditetapkan prinsip-prinsip dasar aqidah Islamiyah agar dapat menyelamatkan kehidupan manusia di dunia dan akhirat. Prinsip aqidah tersebut antara lain:

1) Aqidah didasarkan atas At-Tauhid yakni meng-Esakan Allah dari segala dominasi yang lain. Semua aktivitas harus ditauhidkan hanya untuk Allah semata, bahkan Allah tidak mengampuni dosa-dosa orang yang menyekutukan-Nya, karena dosa syirik menyalahi prinsip utama dalam aqidah Islam. Firman Allah
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar.” (An-Nisa: 48)

2) Aqidah harus dipelajari secara terus menerus dan diamalkan sampai akhir hayat kemudian didakwahkan kepada orang lain. Sumber aqidah adalah Allah SWT. Oleh karena itu cara mempelajari aqidah harus melalui wahyu-Nya, dari Rosul-Nya, dan dari pendapat yang telah disepakati oleh umat terdahulu. Sedangkan cara mengamalkan aqidah dengan cara mengikuti semua aturan dan menjauhi semua larangan Allah SWT. 

3) Pembahasan aqidah mengenai Tuhan dibatasi dengan larangan memperdebatkan tentang eksistensi Dzat Tuhan, sebab manusia tidak akan pernah mampu menguasai dalam hal ini. 

4) Akal dipergunakan manusia untuk memperkuat aqidah bukan untuk mencari aqidah. Karena aqidah Islamiyah sudah tertuang dalam al-Quran dan Sunnah Nabi. Aspek pengajaran tauhid dalam dunia pendidikan Islam pada dasarnya merupakan proses pembentukan fitrah bertauhid. Melalui pendidikan Islam manusia diajarkan bagaimana menjaga dan mengaktualisasikan potensi ketauhidan yang ada pada dirinya. Memberikan pendidikan keimanan kepada anak merupakan sebuah keharusan bagi orang tua maupun guru. Aspek aqidah yang diberikan sejak anak masih kecil, dapat mengenalkan Tuhannya dan bagaimana ia bersikap pada Tuhannya. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur'an surat Luqma ayat 13: 
Artinya: “Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Luqman: 13).

Pendidikan Islam harus mampu menciptakan manusia muslim yang berilmu pengetahuan luas, di mana keimanan dan ketaqwaannya menjadi pengendali dalam penerapan atau pengamalannya dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga sangat penting bagi para guru atau orang tua, untuk menjadikan pendidikan keimanan sebagai pokok dalam mendidik anak. Dengan pendidikan tersebut diharapkan anak akan tumbuh dewasa menjadi insan kamil yang beriman kepada Allah SWT, menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangan-Nya. Jadi, nilai pendidikan pada aspek aqidah adalah standar atau ukuran tingkat keimanan yang diajarkan oleh orang tua kepada anak sejak dalam kandungan, agar anak dapat mengenal Tuhannya dan tahu bagaimana bersikap pada Tuhannya. Dengan harapan ia kelak akan tumbuh dewasa menjadi insan yang beriman kepada Allah SWT, melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya. 

b. Aspek Ibadah 

Ibadah yang dimaksud adalah pengabdian ritual sebagaimana diperintahkan dan diatur di dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Aspek ibadah ini di samping bermanfaat bagi kehidupan duniawi, tetapi yang paling utama adalah sebagai bukti dari kepatuhan manusia memenuhi perintah-perintah Allah SWT. Ibadah adalah suatu wujud perbuatan yang dilandasi rasa pengabdian kepada Allah SWT. Ibadah juga merupakan kewajiban agama Islam yang tidak bisa dipisahkan dari aspek keimanan. Keimanan merupakan fundamen/dasar, sedangkan ibadah merupakan menifestasi dari keimanan tersebut. Muatan ibadah dalam pendidikan Islam diorientasikan kepada bagaimana manusia mampu memenuhi hal-hal sebagai berikut: 
1) Menjalin hubungan utuh dan langsung dengan Allah. 
2) Menjaga hubungan dengan sesama manusia. 
3) Kemampuan menjaga dan menyerahkan dirinya sendiri. 

Pendidikan anak dalam beribadah dianggap sebagai penyempurnaan dari pendidikan aqidah. Karena nilai ibadah yang didapat dari anak akan menambah keyakinan kebenaran ajarannya. Nilai pendidikan Islam dalam aspek ibadah bagi anak akan membiasakannya melaksanakan kewajiban dengan teratur sesuai yang disyariatkan agama. 

Secara garis besar ibadah dalam Islam dibagi menjadi dua, yaitu ibadah Mahdah dan ibadah Ghairu Mahdah. Ibadah Mahdah artinya segala bentuk aktivitas ibadah yang waktu, tempat dan kadarnya telah ditentukan oleh Allah dan Rasulnya seperti shalat, puasa dan haji. Sedangkan ibadah Ghairu Mahdah adalah ibadah yang tatacaranya tidak ditentukan oleh Allah namun menyangkut amal kebaikan yang diridhai Allah baik berupa perkataan maupun perbuatan. Jadi, nilai pendidikan Islam pada aspek ibadah adalah standar atau ukuran seseorang dalam proses mengamalkan suatu wujud perbuatan yang dilandasi rasa pengabdian kepada Allah SWT karena ibadah juga merupakan kewajiban agama Islam yang tidak bisa dipisahkan dari aspek keimanan. 

c. Aspek Akhlak 

Akhlak berasal dari bahasa arab jama' dari khuluqun, yang secara bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa akhlak berhubungan dengan aktivitas manusia dalam hubungan dengan dirinya dan orang lain serta lingkungan sekitarnya.

Akhlak menurut ajaran Islam meliputi hubungan dengan Allah dan hubungan dengan sesama makhluk yaitu kehidupan individu, keluarga, rumah tangga, masyarakat, bahkan dengan makhluk lainnya seperti hewan, tumbuhan dan alam sekitarnya. Dengan ajaran akhlak dapat diketahui indikator kuat bahwa prinsip-prinsip ajaran Islam sudah mencakup semua aspek dan segi kehidupan manusia lahir maupun batin dan mencakup semua bentuk komunikasi, vertikal dan horizontal.

 Akhlak dalam Islam ialah suatu ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia, atau sikap hidup manusia dalam kehidupannya. Sejalan dengan bentuk dasar keyakinan atau keimanan maka diperlukan juga usaha membentuk akhlak yang mulia. Berakhlak yang mulia merupakan modal bagi setiap orang dalam menghadapi pergaulan antara sesamanya. Pendidikan akhlak adalah suatu proses pembinaan, penanaman, dan pengajaran, pada manusia dengan tujuan menciptakan dan mensukseskan tujuan tertinggi agama Islam, yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat, kesempurnaan jiwa masyarakat, mendapat keridhoan, keamanan, rahmat, dan mendapat kenikmatan yang telah dijanjikan oleh Allah SWT yang berlaku pada orang-orang yang baik dan bertaqwa.

Nilai-nilai pendidikan Islam pada aspek akhlak yang harus ditanamankan kepada anak-anak bukan sekedar akhlaqul karimah, melainkan akhlak madzmumah (akhlak buruk) juga harus disampaikan kepada anak. Bila akhlak yang buruk itu tidak disampaikan kepada anak maka anak akan melakukan perbuatan yang tidak sesuai dan melanggar etika yang ada di masyarakat itu.

Secara umum akhlak dibagi menjadi tiga ruang lingkup yaitu akhlak kepada Allah SWT, Akhlak kepada diri sendiri dan sesama manusia serta akhlak kepada lingkungan.

1) Akhlak kepada Allah SWT
Allah adalah kholiq dan manusia adalah makhluk. Sebagai makhluk tentu manusia sangat tergantung kepadanya. Sebagaimana firmannya:
Artinya: Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadanya segala sesuatu. (QS. Al-Ikhlas: 2)
Sebagai yang Maha Agung dan yang Maha Tinggi Dialah yang wajib disembah dan ditaati oleh segenap manusia. Dalam diri manusia hanya ada kewajiban beribadah kepada Allah. Sebagaiman firman-Nya:
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Zariyat: 56)
Dalam hubungannya dengan pendidikan akhlak nilai-nilai yang perlu ditanamkan adalah berakhlak yang baik kepada Allah SWT, misalnya tidak menyekutukan-Nya, taqwa kepada-Nya, mencintai-Nya, ridha dan ikhlas terhadap segala keputusan-Nya dan bertaubat, mensyukuri nikmat-Nya, selalu berdoa kepada-Nya, beribadah dan selalu berusaha mencari keridhoan-Nya.

2) Akhlak terhadap diri sendiri dan sesama manusia
Pada setiap individu terdapat tiga macam potensi yang bila dikembangkan dapat mengarahkan ke arah yang positif, tetapi juga ke arah yang negatif. Tiga potensi tersebut adalah nafsu, amarah dan kecerdasan. Bila dikembangkan secara positif, nafsu dapat menjadi suci, amarah bisa menjadi berani dan kecerdasan bisa menjadi bijak.

Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan lainnya, orang kaya membutuhkan pertolongan orang miskin begitu juga sebaliknya, bagaimana pun tingginya pangkat seseorang sudah pasti membutuhkan rakyat jelata. Begitu juga dengan ratyat jelata, hidupnya akan terkatung-katung jika tidak ada orang yang tinggi ilmunya yang akan menjadi pemimpinnya.

Adanya saling membutuhkan ini menyebabkan manusia sering mengadakan hubungan satu sama lain, jalinan hubungan ini sudah tentu mempunyai pengaruh dalam kehidupan bermasyarakat. Maka dari itu, setiap manusia hendaknya melakukan perbuatan dengan baik dan wajar terhadap sesama manusia, misalnya tidak masuk kerumah orang lain tanpa izin, berucap dengan kata-kata yang baik, tidak saling mengucilkan orang lain, tidak berprasangka buruk, jangan memanggil dengan sebutan yang buruk. Dengan berbuat baik maka akan melahirkan sikap dasar untuk mewujudkan keselarasan, dan keseimbangan dalam hubungan manusia baik secara pribadi maupun dengan masyarakat lingkungannya.

Sebagai manusia sosial yang tidak dapat memisahkan diri dari manusia lainnya, maka setiap individu hendaknya memiliki sifat-sifat terpuji dan mampu menempatkan dirinya secara positif ditengah-tengah masyarakat agar tercipta hubungan yang baik dan harmonis dengan masyarakat lainnya.

3) Akhlak terhadap lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda yang tak bernyawa. Manusia yang mampu bertangung jawab tidak akan melakukan kerusakan terhadap lingkungannya serta terbiasa melakukan yang baik, indah, mulia, terpuji untuk menghidari hal-hal yang tercela. Dengan begitu, maka terciptalah masyarakat yang aman dan sejahtera.

Jadi, yang dimaksud dengan nilai pendidikan Islam dalam aspek akhlak adalah suatu standar atau ukuran tingkah laku seseorang dalam proses pembinaan, penanaman dan pengajaran pada manusia yang bertujuan untuk menciptakan dan mensukseskan tujuan tertinggi agama Islam yaitu kebahagiaan di dunia dan di akhirat, kesempurnaan jiwa masyarakat, mendapatkan keridhoan, keamanan, rahmat dan mendapatkan kenikmatan yang telah dijanjikan oleh Allah SWT yang berlaku pada orang-orang yang baik dan bertaqwa. Karena akhlak merupakan pondasi (dasar) yang utama dalam pembentukan pribadi manusia yang seutuhnya, maka pendidikan yang mengarah terbentuknya pribadi yang berakhlak merupakan hal yang pertama yang harus dilakukan, sebab akan melandasi kestabilan kepribadian manusia secara keseluruhan.

d. Aspek Sosial Kemasyarakatan

Bidang kemasyarakatan ini mencakup pengaturan pergaulan hidup manusia diatas bumi, misalnya peraturan tentang benda, ketatanegaraan, hubungan antar Negara, hubungan antar manusia dalam dimensi sosial dan lain-lain. Dengan kata lain nilai sosial adalah penanaman nilai-nilai yang mengandung nilai sosial, dalam dimensi ini terkait dengan integrasi sesama manusia yang mencakup berbagai norma baik kesusilaan, kesopanan, dan segala macam produk hukum yang ditetapkan manusia, misalnya gotong royong, toleransi, kerjasama, ramah tamah, solidaritas, kasih sayang antar sesama, perasaan simpati dan empati terhadap sahabat dan orang lain disekitarnya.

Jadi, yang dimaksud dengan nilai pendidikan Islam dalam aspek sosial kemasyarakatan adalah suatu standar atau ukuran tingkah laku seseorang dalam proses integrasi sesama manusia supaya mampu mewujudkan kelompok manusia yang bertaqwa kepada Allah dengan cara saling menjaga ukhuwah dalam bermasyarakat.



Rujukan:
Muhaimin, dkk., Dimensi-Dimensi Studi Islam, (Surabaya: Karya Abditama, 1994),
Hamzah Ya’qub, Etika Islam, (Bandung: Diponegoro, 1996)
Zuhairini, dkk. Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995),