Jejak Pendidikan- Toleransi
berasal dari bahasa latin “tolerantia” yang berarti kelonggaran,
kelembutan hati, keringanan dan kesabaran. Secara etimologis istilah “tolerantia”
dikenal dengan sangat baik di dataran Eropa, terutama pada Revolusi
Perancis. Hal itu terkait dengan slogan kebebasan, persamaan dan persaudaraan
yang menjadi inti Revolusi Perancis.
Dalam
bahasa Inggris “tolerance” yang berarti sikap membiarkan,
mengakui dan menghormati keyakinan orang lain tanpa memerlukan persetujuan. Sedangkan
dalam bahasa Arab istilah ini merujuk kepada kata “tasamuh” yaitu saling
mengizinkan atau saling memudahkan. Kemudian dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
menjelaskan toleransi dengan kelapangdadaan, dalam artian suka kepada
siapa pun, membiarkan orang berpendapat atau berpendirian lain, tak mau
mengganggu kebebasan berpikir dan berkeyakinan orang lain.
Sedangkan
dalam pandangan para ahli, toleransi mempunyai beragam pengertian.
Micheal Wazler (1997) memandang toleransi sebagai keniscayaan dalam
ruang individu dan ruang publik karena salah satu tujuan toleransi adalah
membangun hidup damai (peaceful coexistence) diantara berbagai kelompok
masyarakat dari berbagai perbedaan latar belakang sejarah, kebudayaan dan
identitas. Sementara itu, Heiler menyatakan toleransi yang diwujudkan
dalam kata dan perbuatan harus dijadikan sikap menghadapi pluralitas
agama yang dilandasi dengan kesadaran ilmiah dan harus dilakukan dalam hubungan
kerjasama yang bersahabat dengan antar pemeluk agama. Secara sederhana, toleransi
atau sikap toleran diartikan oleh Djohan Efendi sebagai sikap
menghargai terhadap kemajemukan.
Dengan
kata lain sikap ini bukan saja untuk mengakui eksistensi dan hak-hak
orang lain, bahkan lebih dari itu, terlibat dalam usaha mengetahui dan memahami
adanya kemajemukan. Dengan demikian toleransi dalam konteks ini berarti
kesadaran untuk hidup berdampingan dan bekerjasama antar pemeluk agama yang
berbeda-beda. Sebab hakikat toleransi terhadap agama-agama lain
merupakan satu prasyarat utama bagi setiap individu yang ingin kehidupan damai
dan tenteram, maka dengan begitu akan terwujud interaksi dan kesefahaman yang
baik di kalangan masyarakat beragama.
Rujukan:
- Zuhairi Misrawi, Al-Qur’an Kitab Toleransi: Inklusifisme, Pluralisme dan Multikulturalisme (Jakarta: Fitrah, 2007).
- David g. Gularnic, Webster’s World Dictionary of American Language (Clevelen and New York: The World Publishing Company, 1959),
- W. J. S. Poerwodarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: tt, 1996),.
- Zuhairi Misrawi, Toleransi versus Intoleransi dalam Harian KOMPAS, tanggal 16 Juni 2006.
- Djam’anuri, Ilmu Perbandingan Agama: Pengertian dan Objek Kajian (Yogyakarta: PT. Karunia Kalam Semesta, 1998),
- Djohan Efendi, “Kemusliman dan Kemajemukan” dalam TH. Sumatrana (ed.) Dialog : Kritik dan Identitas Agama (Yogyakarta: Dian-Interfidel, 1994).