Jejak Pendidikan- Secara
doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam. Islam secara
definisi adalah “damai”, “selamat” dan “menyerahkan diri”. Definisi Islam yang
demikian sering dirumuskan dengan istilah “Islam agama rahmatal lil’ālamîn”
(agama yang mengayomi seluruh alam). Ini berarti bahwa Islam bukan untuk
menghapus semua agama yang sudah ada. Islam menawarkan dialog dan toleransi
dalam bentuk saling menghormati.
Islam
menyadari bahwa keragaman umat manusia dalam agama dan keyakinan adalah
kehendak Allah, karena itu tak mungkin disamakan. Dalam al-Qur’an Allah
berfirman yang artinya, “dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman
semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa
manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?”.
Pada
bagian lain Allah mengingatkan, yang artinya: “Sesungguhnya ini adalah umatmu
semua (wahai para rasul), yaitu umat yang tunggal, dan aku adalah Tuhanmu, maka
sembahlah olehmu sekalian akan Daku (saja).Ayat ini menegaskan bahwa pada
dasarnya umat manusia itu tunggal tapi kemudian mereka berpencar memilih
keyakinannya masing-masing. Ini mengartikulasikan bahwa Islam memahami pilihan
keyakinan mereka sekalipun Islam juga menjelaskan “sesungguhnya telah jelas
antara yang benar dari yang bathil”.
Selanjutnya,
dalam QS Yunus, Allah menandaskan lagi, yang artinya: “Katakan olehmu (ya
Muhammad), ‘Wahai Ahli Kitab! Marilah menuju ke titik pertemuan (kalimatun
sawā atau common values) antara kami dan kamu, yaitu bahwa kita
tidak menyembah selain Allah dan tidak pula memperserikatkan-Nya kepada apa
pun, dan bahwa sebagian dari kita tidak mengangkat sebagian yang lain sebagai
“tuhan-tuhan” selain Allah!”Ayat ini mengajak umat beragama (terutama Yahudi,
Kristiani, dan Islam) menekankan per-samaan dan menghindari perbedaan demi
merengkuh rasa saling menghargai dan menghormati. Ayat ini juga mengajak untuk
sama-sama menjunjung tinggi tawhid, yaitu sikap tidak menyekutukan Allah
dengan selain-Nya. Jadi, ayat ini dengan amat jelas menyuguhkan suatu konsep toleransi
antar-umat beragama yang didasari oleh kepentingan yang sama, yaitu ‘menjauhi
konflik’.
Selain
itu, hadits Nabi tentang persaudaraan universal juga menyatakan, “irhamuu
man fil ardhi yarhamukum man fil samā” (sayangilah orang yang ada di bumi
maka akan sayang pula mereka yang di lanit kepadamu). Persaudaran universal
adalah bentuk dari toleransi yang diajarkan Islam. Persaudaraan ini
menyebabkan terlindungi-nya hak-hak orang lain dan diterimanya perbedaan dalam
suatu masyarakat Islam. Dalam persaudaraan universal juga terlibat konsep
keadilan, perdamaian, dan kerja sama yang saling menguntungkan serta
menegasikan semua keburukan.
Islam
begitu menekankan akan pentingnya saling menghargai, saling menghormati dan
saling berbuat baik antara sesama muslim dan kepada umat yang lain. Berdasarkan
hal tersebut, keyakinan umat Islam bahwa:
a.
Bahwa perbedaan manusia dalam memeluk agama adalah karena kehendak Allah, yang
dalam hal ini telah memberikan kepada makhluknya kebebasan dan ikhtiyar (hak
memilih) untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu. Allah SWT berfirman.
Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka Senantiasa berselisih pendapat. QS Al-Huud ayat 118.
Namun,
prinsip yang mengakar paling kuat dalam pemikiran Islam yang mendukung sebuah
teologi toleransi adalah keyakinan kepada sebuah agama fitrah, yang
tertanam di dalam diri semua manusia, dan kebaikan manusia merupakan
konsekuensi alamiah dari prinsip ini. Dalam hal ini, al-Qur’an menyatakan yang
artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu ke arah agama menurut cara (Allah); yang
alamiah sesuai dengan pola pemberian (fitrah) Allah, atas dasar mana Dia
menciptakan manusia”. Al-Baidhawi ketika menafsir-kan ayat di atas menegaskan
bahwa kalimat itu merujuk pada perjanjian yang disepakati Adam dan keturunanya.
Perjanjian
ini dibuat dalam suatu keadaan, yang dianggap seluruh kaum Muslim sebagai suatu
yang sentral dalam sejarah moral umat manusia, karena semua benih umat manusia
berasal dari sulbi anak-anak Adam. Penegasan Baidhawi sangat relevan jika
dikaitkan dengan hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari, Nabi ditanya: “Agama
yang manakah yang paling dicintai Allah?’ Beliau menjawab “agama asal mula yang
toleran (al-hanîfiyyah al-samhah). Dilihat dari argumen-argumen di atas,
menunjukkan bahwa baik al-Qur’an maupun Sunnah Nabi secara otentik mengajarkan toleransi
dalam artinya yang penuh.
b.
Manusia itu adalah makhluk yang mulia apapun agama, kebangsaan, dan warna
kulitnya. Firman Allah SWT:
Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” QS Al-Isra’ ayat 70.
Maka
kemuliaan yang telah diberikan Allah SWT ini menempatkan bahwa setiap manusia
memiliki hak untuk dihormati, dihargai, dan dilindungi. Imam Bukhari dari Jabir
ibn Abdillah bahwa ada jenazah yang dibawa lewat dihadapan nabi Muhammad saw.
lalu beliau berdiri untuk menghormatinya. Kemudian ada seseorang memberi-tahukan
kepada beliau, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya itu jenazah Yahudi.” Beliau
menjawab dengan nada bertanya, “Bukankah ia juga manusia?”.
c.
Orang muslim tidak diberikan tugas untuk menghisab orang kafir karena
kekafirannya.
Persoalan ini bukanlah menjadi tugasnya, itu adalah hak prerogatif Allah SWT. Hisab bagi mereka adalah di yaum al-hisab atau yaum al-qiyamah. Allah SWT berfirman:
Persoalan ini bukanlah menjadi tugasnya, itu adalah hak prerogatif Allah SWT. Hisab bagi mereka adalah di yaum al-hisab atau yaum al-qiyamah. Allah SWT berfirman:
Dan jika mereka membantah kamu, maka katakanlah: Allah lebih mengetahui tentang apa yang kamu kerjakan. Allah akan mengadili di antara kamu pada hari kiamat tentang apa yang kamu dahulu selisih pendapat karenanya”. QS.al-Hajj 22: 68-69.
d.
Keimanan orang muslim bahwa Allah menyuruh berlaku adil dan menyukai perbuatan
adil serta menyerukan akhlak yang mulia sekalipun terhadap kaum kafir, dan
membenci kezaliman serta menghukum orang-orang yang bertindak zalim, meskipun
kezaliman yang dilakukan oleh seorang muslim terhadap seorang yang kafir. Allah
SWT berfirman, Artinya:
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kamu mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berbuat adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa” QS al-Maidah ayat 8.
e.
Ajaran Islam tidak pernah memaksa umat lain untuk menjadi muslim apalagi
melalui jalan kekerasan. Allah SWT berfirman
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” QS. Al-Baqarah ayat 256.
Islam
memang agama dakwah. Dakwah dalam ajaran Islam dilakukan melalui proses yang
bijaksana. Allah SWT berfirman, Artinya
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” QS. Al-Nahl ayat 125.
Tidak
diragukan lagi bahwa Islam adalah agama yang toleran. Dalam artian, agama yang
senantiasa menghargai, menghormati dan menebar kebaikan di tengah umat yang
lain (rahmatli al’alamin).
f.
Agama Islam diturunkan sesuai dengan kemampuan manusia.
Hukum-hukum
Islam dibangun di atas kemudahan dan tidak menyulitkan, norma-norma agama ini
seluruhnya dicintai (oleh Allah) namun yang mudah dari itu semualah yang paling
dicintai oleh Allah. Firman Allah:
Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu" QS Al-Baqarah ayat 185.
Oleh
sebab itu, tidak boleh mempersulit diri dalam menjalankan agama Allah dan tidak
boleh pula membuat sulit hamba-hamba Allah. Tiada seorangpun yang mempersulit
agama ini melainkan dia pasti akan kalah. Al-Qur’an menjelaskan bagaimana
perbuatan Bani Israil, tatkala mereka mempersulit diri, Allah-pun mempersulit
mereka. Kalau seandainya mereka mempermudahnya, niscaya mereka akan diberi
kemudahan.
Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam. Islam secara definisi adalah “damai”, “selamat” dan “menyerahkan diri”. Definisi Islam yang demikian sering dirumuskan dengan istilah “Islam agama rahmatal lil’ālamîn” (agama yang mengayomi seluruh alam). Ini berarti bahwa Islam bukan untuk menghapus semua agama yang sudah ada. Islam menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk saling menghormati.
Islam
menyadari bahwa keragaman umat manusia dalam agama dan keyakinan adalah
kehendak Allah, karena itu tak mungkin disamakan. Dalam al-Qur’an Allah
berfirman yang artinya,
dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?”.
Pada
bagian lain Allah mengingatkan, yang artinya: “Sesungguhnya ini adalah umatmu
semua (wahai para rasul), yaitu umat yang tunggal, dan aku adalah Tuhanmu, maka
sembahlah olehmu sekalian akan Daku (saja).Ayat ini menegaskan bahwa pada
dasarnya umat manusia itu tunggal tapi kemudian mereka berpencar memilih
keyakinannya masing-masing. Ini mengartikulasikan bahwa Islam memahami pilihan
keyakinan mereka sekalipun Islam juga menjelaskan “sesungguhnya telah jelas
antara yang benar dari yang bathil”.
Selanjutnya,
dalam QS Yunus, Allah menandaskan lagi, yang artinya: “Katakan olehmu (ya
Muhammad), ‘Wahai Ahli Kitab! Marilah menuju ke titik pertemuan (kalimatun
sawā atau common values) antara kami dan kamu, yaitu bahwa kita
tidak menyembah selain Allah dan tidak pula memperserikatkan-Nya kepada apa
pun, dan bahwa sebagian dari kita tidak mengangkat sebagian yang lain sebagai
“tuhan-tuhan” selain Allah!”Ayat ini mengajak umat beragama (terutama Yahudi,
Kristiani, dan Islam) menekankan per-samaan dan menghindari perbedaan demi
merengkuh rasa saling menghargai dan menghormati. Ayat ini juga mengajak untuk
sama-sama menjunjung tinggi tawhid, yaitu sikap tidak menyekutukan Allah
dengan selain-Nya. Jadi, ayat ini dengan amat jelas menyuguhkan suatu konsep toleransi
antar-umat beragama yang didasari oleh kepentingan yang sama, yaitu ‘menjauhi
konflik’.
Selain
itu, hadits Nabi tentang persaudaraan universal juga menyatakan, “irhamuu
man fil ardhi yarhamukum man fil samā” (sayangilah orang yang ada di bumi
maka akan sayang pula mereka yang di lanit kepadamu). Persaudaran universal
adalah bentuk dari toleransi yang diajarkan Islam. Persaudaraan ini
menyebabkan terlindungi-nya hak-hak orang lain dan diterimanya perbedaan dalam
suatu masyarakat Islam. Dalam persaudaraan universal juga terlibat konsep
keadilan, perdamaian, dan kerja sama yang saling menguntungkan serta
menegasikan semua keburukan.
Oleh
sebab itu, tidak boleh mempersulit diri dalam menjalankan agama Allah dan tidak
boleh pula membuat sulit hamba-hamba Allah. Tiada seorangpun yang mempersulit
agama ini melainkan dia pasti akan kalah. Al-Qur’an menjelaskan bagaimana
perbuatan Bani Israil, tatkala mereka mempersulit diri, Allah-pun mempersulit
mereka. Kalau seandainya mereka mempermudahnya, niscaya mereka akan diberi
kemudahan.