Advertisement
Jejak Pendidikan- setelah pada halaman sebelumnya telah kami paparkan beberapa biografi tokoh pendidikan Islam klasik, maka berikut kami paparkan kembali beberapa biografi tokoh pendidikan Islam modern.
Baca Juga (Tokoh Pendidikan Klasik)
Kyai Haji Ahmad Dahlan yang pada waktu kecilnya bernama Muhammad Darwis. Beliau dilahirkan di Kauman Yogyakarta dari pernikahan Kyai Haji Abu Bakar dengan Siti Aminah pada tahun 1285 H (1868 M ). Kyai Haji Abu Bakar adalah khatib di Majid Agung Kesultanan Yogyakarta, sedangkan ayahnya Siti Aminah adalah penghulu besar di Yogyakarta.
Kampung Kauman sebagai tempat kelahiran dan tempat Muhammad Darwis dibesarkan merupakan lingkungan keagamaan yang sangat kuat, yang berpengaruh besar dalam perjalanan hidup Muhammad Darwis di kemudian hari. Ayahnya KH Abu Bakar adalah Khotib Masjid Agung Yogyakarta. KH Ahmad Dahlan belajar mengaji sekitar tahun 1875 dan masuk pesantren.
Sudah sejak kanak-kanak diberikan pelajaran dan pendidikan agama oleh orang tuanya, oleh para guru (ulama) yang ada di dalam masyarakat lingkungannya. Ini menunjukan naluri melainkan juga melalui ilmu-ilmu yang diajarkan kepadanya.
Pengetahuan yang dimiliki sebagian besar merupakan hasil otodidaknya, kemampuan membaca dan menulisnya diperoleh dari belajar kepada ayahnya, sahabatnya dan saudara-saudaranya dan iparnya. Ia di didik sendiri melalui cara pengajian yaitu dengan menirukan kalimat-kalimat atau bacaan yang diajarkan oleh ayahnya.
b. Pemikiran Pendidikan
Menurut KH. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat islam dari pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui pendidikan. Pendidikan hendaknya ditempatkan pada skala prioritas utama dalam proses pembangunan ummat.
Menurut KH. Ahmad Dahlan, pendidikan islam hendaknya diarahkan pada usaha membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama, luas pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya.
Berangkat dari tujuan pendidikan tersebut KH. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa kurikulum atau materi pendidikan hendaknya meliputi:
Hasyim Asy’ari lahir di desa Gedang Jombang, Jawa Timur. Pada hari Selasa kliwon, tanggal 24 Dzulhijjah 1287 atau bertepatan tanggal 14 Pebruari 1871 M. Nama lengkapnya adalah Muhammad Hasyim ibn Asy’ari ibn Abd. Al Wahid ibn Abd. Al Halim yang mempunyai gelar Pangeran Bona ibn Abd. Al Rahman Ibn Abd. Al Aziz Abd. Al Fatah ibn Maulana Ushak dari Raden Ain al Yaqin yang disebut dengan Sunan Giri.
Dipercaya pula bahwa mereka adalah keturunan raja Muslim Jawa, Jaka Tinggir dan raja Hindu Majapahit, Brawijaya VI. Jadi Hasyim Asy’ari juga dipercaya keturunan dari keluarga bangsawan.
Hasyim Asy’ari adalah seorang kiai yang pemikiran dan sepak terjangnya berpengaruh dari Aceh sampai Maluku, bahkan sampai ke Melayu. Santri-santri ada yang dari Ambon, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera dan Aceh, bahkan ada beberapa orang dari Kuala Lumpur. Beliau terkenal orang yang alim dan adil, selalu mencari kebenaran, baik kebenaran dunia maupun kebenaran akhirat.
Semasa hidupnya beliau diberi kedudukan sebagai Rais Akbar NU, suatu jabatan yang hanya diberikan kepada Hasyim Asy’ari satu-satunya. Bagi ulama lain yang menjabat jabatan tersebut, tidak lagi menyandang sebutan Rais Akbar melainkan Rais Am. Hal ini karena ulama lain yang menggantikannya merasa lebih rendah dibandingkan Hasyim Asy’ari.
b. Pemikiran Pendidikan
Pola pemaparan konsep pendidikan K.H. Hasyim Asy’ari dalam kitab Adab Alim Wa Muta’allim mengikuti logika induktif, di mana beliau mengwali penjelasannya langsung dengan mengutip ayat-ayat al-qur’an. Hadits, pendapat para ulama, syair-syair yang mengadung hikamah.dengan cara ini. K.H. Hasyim Asy’ari memberi pembaca agar menangkap ma’na tanpa harus dijelaskan dengan bahasa beliau sendiri. Namun demikaian, ide-ide pemikirannya dapat dilihat dari bagaimana beliau memaparkan isi kitab karangan beliau.
Tujuan pendidikan yang ideal menurut K.H. Hasyim Asy’ari adalah untuk membentuk masyarakat yang beretika tinggi (akhlaqul karimah). rumusan ini secara implisit dapat terbaca dari beberapa hadits dan pendapat ulama yang dikutipnya. Beliau menyetir sebuah hadits yang berbunyi:
KH. Imam Zarkasyi dilahirkan di Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, pada tanggal 21 Maret 1910, dan meninggal pada tanggal 30 Maret 1985 dengan meninggalkan seorang istri dan 11 orang anak.
Ayahnya bernama Santausa Annam Bashari berasal dari keluarga elit Jawa yang taat beragama dan merupakan generasi ketiga dari pimpinan Pondok Gontor Lama dan generasi kelima dari Pangeran Hadiraja Adipati Anom, putra Sultan Kesepuhan Cirebon.
Sedangkan ibunya adalah keturunan Bupati Suriadiningrat yang terkenal pada zaman babad Mangkubumen dan Penambangan (Mangkunegara).
Sejak usia kanak-kanak Imam Zarkasyi sudah hidup sebagai anak yatim, karena saat ia berusia delapan tahun ayahnya meninggal dunia. Tidak lama kemudian ibunya juga meninggal yaitu pada tahun 1920.
Kemudian Imam Zarkasyi mulai belajar agama (mondok) di Pesantren Joresan. Karena proses belajar di Pesantren diselenggarakan pada sore hari, maka di pagi harinya ia belajar Sekolah Desa Nglumpang. Adapun kitab yang diajarkan di Pesantren tersebut diantaranya adalah Ta’lim al-Muta’allim, al-Sullam, Safinah al-Najah dan al-Taqrib.
Hamka bukan hanya milik bangsa Indonesia, tetapi kebanggaan bangsa-bangsa Asia Tenggara”.Begitulah kata mantan Perdana Menteri Malaysia,Tun Abdul Rozak. Nama aslinya ialah Haji Abdul Malik Karim Amrulloh biasa disebut dengan HAMKA yang merupakan singkatan dari nama panjang beliau.
Beliau lahir di Maninjau,Sumatra Barat pada tanggal 16 Februari 1908 M/ 13 Muharrom 1326 H.Belakangan ia diberikan sebutan Abuya,yaitu panggilan untuk orang Minangkabau yang berasal dari kata abi,abuya yang berarti ayahku atau orang yang dihormati. Ayahnya adalah Syech Abdul Karim ibn Amrulloh,yang dikenal dengan Haji Rosul dan merupakan pelopor Gerakan Islah(tajdid) di Minangkabau, sekembalinya dari Makkah pada 1906.
Sejak kecil ia menerima dasar-dasar agama dari sang ayah.Pada usia 6 tahun,ia dibawa ayahnya ke Padang Panjang. Pada usia 7 tahun, ia dimasukkan ke sekolah desa dan malamnya ia belajar mengaji al-Qur’an sampai khatam.
Beliau Sekolah Dasar “Maninjau sehingga Darjah Dua” kemudian padausia 10 tahun, ayahnya mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang bernama “Sumatera Thawalib” di Padang Panjang. Di situ Hamka mempelajari ilmu agama dan mendalami bahasa Arab.
b. Pemikiran Pendidikan
Pendidikan dalam pandangan Hamka terbagi 2 bagian yaitu:
Keduanya memiliki kecenderungan untuk berkembang dengan melalui pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang paling tepat dalam menentukan perkembangan secara optimal kedua unsur tersebut. Dalam pandangan Islam kedua unsur tersebut dikenal dengan istilah fitrah.Titik sentral pemikiran Hamka dalam pendidikan Islam adalah “fitrah pendidikan tidak saja pada penalaran semata, tetapi juga akhlakulkarimah”.
Fitrah setiap manusia pada dasarnya menuntun untuk senantiasa berbuat kebajikan& tunduk mengabdi sebagai kholifah fi al-ardh maupun ‘abdulloh. Ketiga unsur tersebut adalah akal, hati, & pancaindra yang terdapat pada jasad manusia.Perpaduan ketiga unsur tersebut membantu manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan membangun peradabannya, memahami fungsi kekhalifahannya, serta menangkap tanda-tanda kebesaran Allah.
Tujuan Pendidikan dalam Pandangan HAMKA adalah:
Prof. Dr. H. Mahmud Yunus Dilahirkan di Batu Sangkar pada tanggal 10 Februari 1899 dan wafat pada tanggal 16 Januari 1982. Sejak kecil, Mahmud Yunus sudah memperlihatkan minat dan kecenderungannnya yang kuat untuk memperdalam ilmu Agama Islam. Ketika berumur 7 tahun, ia belajar membaca al-Qur’an di bawah bimbingan kakeknya Muhammad Thahir yang dikenal dengan nama Engku Gadang.
Setelah menamatkan al-Qur’an, ia menggantikan kakeknyas ebagai guru ngaji al-Qur’an. Dua tahun kemudian, ia melanjutkan studi ke sekolah desa dan kemudian melanjutkan studi ke Madras School. Selanjutnya padatahun 1917, ia bersama teman-temannya mengajar di Madras School dengan memperbaru isi sitem belajar mengajar dengan menambah sistem halaqah di samping sistem madrasah dengan menggunakank itab-kitabmutakhir.
Dengan bekal kemampuan bahasa Arab yang sangat baik, padatahun 1924 Mahmud Yunus melanjutkan studinya ke Universitas al-Azhar di Kairo, Mesir. Di sana ia memperdalam ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab. Setelah lulus dari Universitas al-Azhar, ia melanjutkan studinya ke Daru lUlum dan mendapatkan gelar diploma dengan spesialisasi dalam bidang pendidikan.
b. Pemikiran Pendidikan
Menurut Mahmud Yunus, pendidikan adalah suatu bentuk pengaruh yang terdiri dari ragam pengaruh yang terpilih berdasarkan tujuan yang dapat membantu anak-anak agar berkembang secara jasmani, akal dan pikiran.dalam prosesnya ada upaya yang harus dicapai agar diperoleh hasil yang maksimal dan sempurna, tercapai kehidupan harmoni secara personal dan sosial.segala bentuk kegiatan yang dilakukan menjadi lebih sempurna, kokoh, dan lebih bagus bagi masyarakat.
Dari aspek tujuan pendidikan islam. Berkaitan dengan tujuan pokok pendidikan Islam, Mahmud Yunus merumuskan dua hal, yaitu untuk kecerdasan perseorangan dan kecerdasan mengerjakan pekerjaan. Ada yang berpendapat bahwa tujuanpendidikan Islam ialah mempelajari serta mengetahui ilmu-ilmu agama Islam dan mengamalkannya, seperti ilmu tafsir, hadis, fikih, dan lain sebagainya.
Tujuan inilah yang dipaka ioleh madrasah-madrasah di seluruhdunia. Bahkan ada ulama yang mengharamka nmempelajari ilmu pengetahuan umum seperti Fisika dan Kimia. Tujuan seperti inilah menurut Mahmud Yunus yang membuat Islam lemah dan tidak bisa mempertahanan kemerdekaannya.
Tujuan pendidikan islam menurut Mahmud Yunus ialah:
Fathoni. Khoirul & Muhamad Zen, 1992. NU Pasca Khittah. Yogyakarta: Media Widia Mandala.
Gaudah. Muhammad Gharib, 2012. Albaqirah Ulama’ Al-Hadharah wa Al-Islamiyah,(alih bahasa: Muhyiddin Mas Rida, 147 Ilmuan Terkemuka Dalam Sejarah Islam). Jakarta Timur : Pustaka Al-Kautsar.
Hizah. Samsul, 2002. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta. Ciputat Pers.
Jalaluddin & Usman Said, 1999. Filsafat Pendididikan Islam. Jakarta, PT. Raja Grafindo
Kurniawan. Samsul dan Erwin Makhrus, 2011. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam .Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Mohammad. Herry, 2006. Tokoh-Tokoh Islam yang berpengaruh di Abad 20. Jakarta: Gema Insani Press.
Narasi, 2006. 100 Tokoh yang Mengubah Indonesia. Yogyakarta: PT. Narasi,
Nata. Abuddin, 1997. Filsafat Pendidikan Islam 1. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
____________, 2003. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam, cet. III. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
____________, 2005. Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Nizar. Samsul, 2002. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis. Jakarta: Ciputat Pers.
_____________, 2008. Memperbincangkan Dinamika Intelektual Pemikiran Hamka Tentang Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana.
Noer. Delias, 1985. Gerakan Modern Islam di Indonesia. Jakarta: LP3ES.
Omar A. Farrukh dalam M.M. Syarif (editor), Aliran-Aliran Filsafat Islam,
Ramayulis dan Samsul Nizar, 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Kalam Mulia.
Ridlo, Muhamad Jawad, 2002. Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam. Jogjakarta. PT. Tiara Wacana .
Yunus. Mahmud, ,1990. Pokok-Pokok Pendidikandan Pengajaran. Jakarta:hidakarya.
_______________, at-Tarbiyah wa at-Ta’lim. Ponorogo: Darussalam PP. Wali Songo
Zar. Sirajuddin, 2012. Filsat islam. Filosof dan Filsafatnya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Baca Juga (Tokoh Pendidikan Klasik)
KH. Ahmad Dahlan
a. Riwayat HidupKyai Haji Ahmad Dahlan yang pada waktu kecilnya bernama Muhammad Darwis. Beliau dilahirkan di Kauman Yogyakarta dari pernikahan Kyai Haji Abu Bakar dengan Siti Aminah pada tahun 1285 H (1868 M ). Kyai Haji Abu Bakar adalah khatib di Majid Agung Kesultanan Yogyakarta, sedangkan ayahnya Siti Aminah adalah penghulu besar di Yogyakarta.
Kampung Kauman sebagai tempat kelahiran dan tempat Muhammad Darwis dibesarkan merupakan lingkungan keagamaan yang sangat kuat, yang berpengaruh besar dalam perjalanan hidup Muhammad Darwis di kemudian hari. Ayahnya KH Abu Bakar adalah Khotib Masjid Agung Yogyakarta. KH Ahmad Dahlan belajar mengaji sekitar tahun 1875 dan masuk pesantren.
Sudah sejak kanak-kanak diberikan pelajaran dan pendidikan agama oleh orang tuanya, oleh para guru (ulama) yang ada di dalam masyarakat lingkungannya. Ini menunjukan naluri melainkan juga melalui ilmu-ilmu yang diajarkan kepadanya.
Pengetahuan yang dimiliki sebagian besar merupakan hasil otodidaknya, kemampuan membaca dan menulisnya diperoleh dari belajar kepada ayahnya, sahabatnya dan saudara-saudaranya dan iparnya. Ia di didik sendiri melalui cara pengajian yaitu dengan menirukan kalimat-kalimat atau bacaan yang diajarkan oleh ayahnya.
b. Pemikiran Pendidikan
Menurut KH. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat islam dari pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui pendidikan. Pendidikan hendaknya ditempatkan pada skala prioritas utama dalam proses pembangunan ummat.
Menurut KH. Ahmad Dahlan, pendidikan islam hendaknya diarahkan pada usaha membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama, luas pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya.
Berangkat dari tujuan pendidikan tersebut KH. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa kurikulum atau materi pendidikan hendaknya meliputi:
- Pendidikan moral, akhalq yaitu sebagai usaha menanamkan karakter manusia yang baik berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
- Pendidikan individu, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran individu yang utuh yang berkesinambungan antara perkembangan mental dan gagasan, antara keyakinan dan intelek serta antara dunia dengan akhirat.
- Pendidikan kemasyarakatan yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesediaan dan keinginan hidup bermasyarakat.
KH. Hasyim Asy’ari
a. Riwayat HidupHasyim Asy’ari lahir di desa Gedang Jombang, Jawa Timur. Pada hari Selasa kliwon, tanggal 24 Dzulhijjah 1287 atau bertepatan tanggal 14 Pebruari 1871 M. Nama lengkapnya adalah Muhammad Hasyim ibn Asy’ari ibn Abd. Al Wahid ibn Abd. Al Halim yang mempunyai gelar Pangeran Bona ibn Abd. Al Rahman Ibn Abd. Al Aziz Abd. Al Fatah ibn Maulana Ushak dari Raden Ain al Yaqin yang disebut dengan Sunan Giri.
Dipercaya pula bahwa mereka adalah keturunan raja Muslim Jawa, Jaka Tinggir dan raja Hindu Majapahit, Brawijaya VI. Jadi Hasyim Asy’ari juga dipercaya keturunan dari keluarga bangsawan.
Hasyim Asy’ari adalah seorang kiai yang pemikiran dan sepak terjangnya berpengaruh dari Aceh sampai Maluku, bahkan sampai ke Melayu. Santri-santri ada yang dari Ambon, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera dan Aceh, bahkan ada beberapa orang dari Kuala Lumpur. Beliau terkenal orang yang alim dan adil, selalu mencari kebenaran, baik kebenaran dunia maupun kebenaran akhirat.
Semasa hidupnya beliau diberi kedudukan sebagai Rais Akbar NU, suatu jabatan yang hanya diberikan kepada Hasyim Asy’ari satu-satunya. Bagi ulama lain yang menjabat jabatan tersebut, tidak lagi menyandang sebutan Rais Akbar melainkan Rais Am. Hal ini karena ulama lain yang menggantikannya merasa lebih rendah dibandingkan Hasyim Asy’ari.
b. Pemikiran Pendidikan
Pola pemaparan konsep pendidikan K.H. Hasyim Asy’ari dalam kitab Adab Alim Wa Muta’allim mengikuti logika induktif, di mana beliau mengwali penjelasannya langsung dengan mengutip ayat-ayat al-qur’an. Hadits, pendapat para ulama, syair-syair yang mengadung hikamah.dengan cara ini. K.H. Hasyim Asy’ari memberi pembaca agar menangkap ma’na tanpa harus dijelaskan dengan bahasa beliau sendiri. Namun demikaian, ide-ide pemikirannya dapat dilihat dari bagaimana beliau memaparkan isi kitab karangan beliau.
Tujuan pendidikan yang ideal menurut K.H. Hasyim Asy’ari adalah untuk membentuk masyarakat yang beretika tinggi (akhlaqul karimah). rumusan ini secara implisit dapat terbaca dari beberapa hadits dan pendapat ulama yang dikutipnya. Beliau menyetir sebuah hadits yang berbunyi:
Diriwayatkan dari Aisyah r.a. dari Rasulullah SAW bersabda : kewajiban orang tua terhadapnya adalah membaguskan namanya, membaguskan ibu susuannya dan membaguskan etikanya.
K.H. Imam Zarkasyi
a. Riwayat HidupKH. Imam Zarkasyi dilahirkan di Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, pada tanggal 21 Maret 1910, dan meninggal pada tanggal 30 Maret 1985 dengan meninggalkan seorang istri dan 11 orang anak.
Ayahnya bernama Santausa Annam Bashari berasal dari keluarga elit Jawa yang taat beragama dan merupakan generasi ketiga dari pimpinan Pondok Gontor Lama dan generasi kelima dari Pangeran Hadiraja Adipati Anom, putra Sultan Kesepuhan Cirebon.
Sedangkan ibunya adalah keturunan Bupati Suriadiningrat yang terkenal pada zaman babad Mangkubumen dan Penambangan (Mangkunegara).
Sejak usia kanak-kanak Imam Zarkasyi sudah hidup sebagai anak yatim, karena saat ia berusia delapan tahun ayahnya meninggal dunia. Tidak lama kemudian ibunya juga meninggal yaitu pada tahun 1920.
Kemudian Imam Zarkasyi mulai belajar agama (mondok) di Pesantren Joresan. Karena proses belajar di Pesantren diselenggarakan pada sore hari, maka di pagi harinya ia belajar Sekolah Desa Nglumpang. Adapun kitab yang diajarkan di Pesantren tersebut diantaranya adalah Ta’lim al-Muta’allim, al-Sullam, Safinah al-Najah dan al-Taqrib.
Hamka
a. Riwayat HidupHamka bukan hanya milik bangsa Indonesia, tetapi kebanggaan bangsa-bangsa Asia Tenggara”.Begitulah kata mantan Perdana Menteri Malaysia,Tun Abdul Rozak. Nama aslinya ialah Haji Abdul Malik Karim Amrulloh biasa disebut dengan HAMKA yang merupakan singkatan dari nama panjang beliau.
Beliau lahir di Maninjau,Sumatra Barat pada tanggal 16 Februari 1908 M/ 13 Muharrom 1326 H.Belakangan ia diberikan sebutan Abuya,yaitu panggilan untuk orang Minangkabau yang berasal dari kata abi,abuya yang berarti ayahku atau orang yang dihormati. Ayahnya adalah Syech Abdul Karim ibn Amrulloh,yang dikenal dengan Haji Rosul dan merupakan pelopor Gerakan Islah(tajdid) di Minangkabau, sekembalinya dari Makkah pada 1906.
Sejak kecil ia menerima dasar-dasar agama dari sang ayah.Pada usia 6 tahun,ia dibawa ayahnya ke Padang Panjang. Pada usia 7 tahun, ia dimasukkan ke sekolah desa dan malamnya ia belajar mengaji al-Qur’an sampai khatam.
Beliau Sekolah Dasar “Maninjau sehingga Darjah Dua” kemudian padausia 10 tahun, ayahnya mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang bernama “Sumatera Thawalib” di Padang Panjang. Di situ Hamka mempelajari ilmu agama dan mendalami bahasa Arab.
b. Pemikiran Pendidikan
Pendidikan dalam pandangan Hamka terbagi 2 bagian yaitu:
- Pendidikan jasmani,pendidikan untuk pertumbuhan & kesempurnaan jasmani serta,
- Pendidikan ruhani,pendidikan untuk kesempurnaan fitrah manusia dengan ilmu pengetahuan & pengalaman yang didasarkan pada agama.
Keduanya memiliki kecenderungan untuk berkembang dengan melalui pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang paling tepat dalam menentukan perkembangan secara optimal kedua unsur tersebut. Dalam pandangan Islam kedua unsur tersebut dikenal dengan istilah fitrah.Titik sentral pemikiran Hamka dalam pendidikan Islam adalah “fitrah pendidikan tidak saja pada penalaran semata, tetapi juga akhlakulkarimah”.
Fitrah setiap manusia pada dasarnya menuntun untuk senantiasa berbuat kebajikan& tunduk mengabdi sebagai kholifah fi al-ardh maupun ‘abdulloh. Ketiga unsur tersebut adalah akal, hati, & pancaindra yang terdapat pada jasad manusia.Perpaduan ketiga unsur tersebut membantu manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan membangun peradabannya, memahami fungsi kekhalifahannya, serta menangkap tanda-tanda kebesaran Allah.
Tujuan Pendidikan dalam Pandangan HAMKA adalah:
mengenal dan mencari keridhoan Allah, membangun budi pekerti untuk beraklhlaq mulia” serta “mempersiapkan peserta didik untuk hidupsecara layak dan berguna di tengah-tengah komunitas sosialnya.
Mahmud Yunus
a. Riwayat HidupProf. Dr. H. Mahmud Yunus Dilahirkan di Batu Sangkar pada tanggal 10 Februari 1899 dan wafat pada tanggal 16 Januari 1982. Sejak kecil, Mahmud Yunus sudah memperlihatkan minat dan kecenderungannnya yang kuat untuk memperdalam ilmu Agama Islam. Ketika berumur 7 tahun, ia belajar membaca al-Qur’an di bawah bimbingan kakeknya Muhammad Thahir yang dikenal dengan nama Engku Gadang.
Setelah menamatkan al-Qur’an, ia menggantikan kakeknyas ebagai guru ngaji al-Qur’an. Dua tahun kemudian, ia melanjutkan studi ke sekolah desa dan kemudian melanjutkan studi ke Madras School. Selanjutnya padatahun 1917, ia bersama teman-temannya mengajar di Madras School dengan memperbaru isi sitem belajar mengajar dengan menambah sistem halaqah di samping sistem madrasah dengan menggunakank itab-kitabmutakhir.
Dengan bekal kemampuan bahasa Arab yang sangat baik, padatahun 1924 Mahmud Yunus melanjutkan studinya ke Universitas al-Azhar di Kairo, Mesir. Di sana ia memperdalam ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab. Setelah lulus dari Universitas al-Azhar, ia melanjutkan studinya ke Daru lUlum dan mendapatkan gelar diploma dengan spesialisasi dalam bidang pendidikan.
b. Pemikiran Pendidikan
Menurut Mahmud Yunus, pendidikan adalah suatu bentuk pengaruh yang terdiri dari ragam pengaruh yang terpilih berdasarkan tujuan yang dapat membantu anak-anak agar berkembang secara jasmani, akal dan pikiran.dalam prosesnya ada upaya yang harus dicapai agar diperoleh hasil yang maksimal dan sempurna, tercapai kehidupan harmoni secara personal dan sosial.segala bentuk kegiatan yang dilakukan menjadi lebih sempurna, kokoh, dan lebih bagus bagi masyarakat.
Dari aspek tujuan pendidikan islam. Berkaitan dengan tujuan pokok pendidikan Islam, Mahmud Yunus merumuskan dua hal, yaitu untuk kecerdasan perseorangan dan kecerdasan mengerjakan pekerjaan. Ada yang berpendapat bahwa tujuanpendidikan Islam ialah mempelajari serta mengetahui ilmu-ilmu agama Islam dan mengamalkannya, seperti ilmu tafsir, hadis, fikih, dan lain sebagainya.
Tujuan inilah yang dipaka ioleh madrasah-madrasah di seluruhdunia. Bahkan ada ulama yang mengharamka nmempelajari ilmu pengetahuan umum seperti Fisika dan Kimia. Tujuan seperti inilah menurut Mahmud Yunus yang membuat Islam lemah dan tidak bisa mempertahanan kemerdekaannya.
Tujuan pendidikan islam menurut Mahmud Yunus ialah:
menyiapkan anak-anak didik agar dewasa kelak mereka sanggup dan cakap melakukan pekerjaan dan amalan akhirat , sehingga tercipta kebahagiaan dunia dan akhirat.
Bahan Rujukan:
Asrofie. M. Yusron, Kyai Haji Ahmad Dahlan, Pemikiran dan Kepemimpinannya,Fathoni. Khoirul & Muhamad Zen, 1992. NU Pasca Khittah. Yogyakarta: Media Widia Mandala.
Gaudah. Muhammad Gharib, 2012. Albaqirah Ulama’ Al-Hadharah wa Al-Islamiyah,(alih bahasa: Muhyiddin Mas Rida, 147 Ilmuan Terkemuka Dalam Sejarah Islam). Jakarta Timur : Pustaka Al-Kautsar.
Hizah. Samsul, 2002. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta. Ciputat Pers.
Jalaluddin & Usman Said, 1999. Filsafat Pendididikan Islam. Jakarta, PT. Raja Grafindo
Kurniawan. Samsul dan Erwin Makhrus, 2011. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam .Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Mohammad. Herry, 2006. Tokoh-Tokoh Islam yang berpengaruh di Abad 20. Jakarta: Gema Insani Press.
Narasi, 2006. 100 Tokoh yang Mengubah Indonesia. Yogyakarta: PT. Narasi,
Nata. Abuddin, 1997. Filsafat Pendidikan Islam 1. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
____________, 2003. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam, cet. III. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
____________, 2005. Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Nizar. Samsul, 2002. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis. Jakarta: Ciputat Pers.
_____________, 2008. Memperbincangkan Dinamika Intelektual Pemikiran Hamka Tentang Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana.
Noer. Delias, 1985. Gerakan Modern Islam di Indonesia. Jakarta: LP3ES.
Omar A. Farrukh dalam M.M. Syarif (editor), Aliran-Aliran Filsafat Islam,
Ramayulis dan Samsul Nizar, 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Kalam Mulia.
Ridlo, Muhamad Jawad, 2002. Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam. Jogjakarta. PT. Tiara Wacana .
Yunus. Mahmud, ,1990. Pokok-Pokok Pendidikandan Pengajaran. Jakarta:hidakarya.
_______________, at-Tarbiyah wa at-Ta’lim. Ponorogo: Darussalam PP. Wali Songo
Zar. Sirajuddin, 2012. Filsat islam. Filosof dan Filsafatnya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.