Beranda · Teknologi · Olahraga · Entertainment · Gaya Hidup

Metode Pembelajaran Pendidikan Islam Perspektif Ibn Sina

Jejak Pendidikan- Dalam proses pendidikan, metode pembelajaran mempunyai kedudukan yang sangat signifikan untuk mencapai tujuan. Bahkan metode sebagai seni dan cara dalam menstransfer ilmu pengetahuan (materi pelajaran) kepada anak didik dianggap lebih signifikan dibandingkan dengan materi itu sendiri.

Sebuah unggapan dalam bahasa Arab menyatakan bahwa “al-Tariqatu Ahammu min al-Maddah”, artinya bahwa metode itu jauh lebih penting dibandingkan sebuah materi. Hal ini mengindikasikan bahwa metode yang digunakan dalam penyampaian pelajaran sangat berperan dalam keberhasilan mencapai tujuan pelajaran tersebut.

Dari pernyataan di atas maka Ibn Sina merumuskan konsep metode pembelajaran dalam pemikirannya di bidang pendidikan. Bahkan Ibn Sina merumuskan metode yang berbeda antara materi pelajaran yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini mempertimbangkan karakteristik dari masingmasing materi pelajaran dan juga mempertimbangkan tingkat perkembangan psikologis tiap anak didik. Berikut ini metode-metode yang di rumuskan oleh Ibn Sina:

1. Metode talqin

 Digunakan dalam mengajarkan membaca al-Qur’an, mulai dengan cara memperdengarkan bacaan al-Qur’an kepada anak didik sebagian demi sebagian. Setelah itu anak tersebut disuruh memperdengarkan dan mengulangi bacaan tersebut perlahan-lahan dan dilakukan berulang-ulang hingga akhirnya anak didik tersebut hafal secara keseluruhan.

baca juga (Biografi Ibnu Sina)

2. Metode demonstrasi

Digunakan dalam proses pembelajaran yang bersifat praktik, seperti cara mengajar dan menulis. Menurut Ibn Sina jika seorang guru akan menggunakan metode demonstrasi ini dalam mengajar menulis huruf hijaiyah, maka terlebih dahulu guru mencontohkan tulisan huruf hijaiyah sesuai dengan makhraj-nya dan dilanjutkan dengan mendemonstrasikan cara menulisnya.

baca juga (Karya-karya Ibnu Sina)

3. Metode pembiasaan dan keteladanan; 

Metode yang paling efektif, khususnya dalam mengajarkan akhlak kepada anak didik. Cara tersebut secara umum dilakukan dengan pembiasaan dan teladan yang disesuaikan denga perkembangan jiwa anak. Ibn Sina berpendapat adanya pengaruh “mengikuti dan meniru” atau contoh tauladan baik dalam proses pendidikan di kalangan anak pada usia dini terhadap kehidupan mereka, karena secara tabi’iyah anak mempunyai kecenderungan untuk mengikuti dan meniru (mencontoh) segala yang dilihat, dirasakan dan didengar. suatu kewajiban bagi seorang guru adalah mendidik anak didik dengan sopan santun, membiasakannya dengan perbuatan yang terpuji, sebelum kebiasaan jelek mempengaruhinya.

baca juga (konsep pendidkan islam dalam perspektif Ibnu Sina)

4. Metode diskusi; 

Dilakukan dengan cara menyajikan pelajaran di mana anak didik dihadapkan kepada suatu maslah yang berupa pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Ibn Sina menggunakan metode ini untuk mengajarkan pengetahuan yang bersifat rasional dan teoritis. Pengetahuan model ini pada masa Ibn Sina berkembang pesat. Jika pengetahuan tersebut diajarkan dengan metode ceramah, maka para siswa akan tertinggal jauh dari perkembangan ilmu pengetahuan tersebut.

5. Metode magang; 

Ibn Sina menggunakan metode ini dalam mengajarkan ilmu kedokterannya. Ketika para muridnya belajar ilmu kedokteran ini, mereka dianjurkan agar menggabungkan teori dan praktik. Metode ini akan menimbulkan manfaat ganda, yaitu disamping mempermahir anak didik dalam suatu bidang ilmu, juga akan mendatangkan keahlian dalam bekerja yang menghasilkan kesejahteraan secara ekonomis. Metode ini disebut juga dengan metode Learning By Doing (belajar sambil bekerja).

6. Metode penugasan; 

Metode ini dapat dilakukan dengan menyusun sejumlah modul atau naskah kemudian menyampaikan kepada anak didik untuk dipelajarinya. Cara ini pernah dilakukan kepada salah satu muridnya yang bernama Abu ar-Raihan al-Biruni dan Abi Husain Ahmad as-Suhaili. Dalam bahasa arab, pengajaran dengan penugasan ini dikenal dengan istilah al-ta’lim bi al-marasil (pengajaran dengan mengirimkan sejumlah naskah atau modul).

7. Metode targhib dan tarhib 

Dalam pendidikan modern dikenal dengan istilah reward yang berarti ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan dan merupakan salah satu alat pendidikan dan membentuk reinforcement yang positif, sekaligus sebagai motivasi yang baik. Tetapi dalam keadaan terpaksa, metode hukuman (tarhib) atau punishment dapat dilakukan dengan cara diberi peringatan dan ancaman terlebih dahulu.

Jangan menindak anak dengan kekerasan, tetapi dengan kehalusan hati, lalu diberi motivasi dan persuasi dan kadang-kadang dengan muka masam atau dengan cara agar anak didik kembali pada perbuatan baik. Tetapi jika sudah terpaksa memukul, cukuplah satu kali yang menimbulkan rasa sakit, dan dilakukan setelah memberi peringatan keras dan menjadikan sebagai alat penolong untuk menimbulkan pengaruh yang positif dalam jiwa anak.

Dari penjabaran berbagai metode di atas, ada empat karakteristik metode dari Ibn Sina, yaitu:

  1. pemilihan dan penerapan metode harus disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran;
  2. metode juga diterapkan dengan mempertimbangkan psikologi anak didik, termasuk bakat dan minat;
  3. metode yang ditawarkan tidaklah kaku, akan tetapi dapat berubah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak didik;
  4. ketepatan dalam memilih dan menerapkan metode sangat menentukan keberhasilan pembelajaran.

Dari seluruh metode dan karakteristiknya yang disampaikan oleh Ibn Sina, ternyata metode pendidikannya masih sangat relevan dengan pendidikan masa kini. Hal ini dapat dilihat dari berbagai instansi atau lembaga pendidikan, baik lembaga pendidikan formal seperti sekolah dan perguruan
tinggi maupun non formal seperti pondok pesantren yang menerapkan metode pendidikan Ibn Sina dalam mendidik anak didiknya.


Bahan Rujukan:

  1. Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya (Jakarta: Kalam Mulia, 2009)
  2. ‘Ali al-Jumbulati, Perbandingan Pendidikan Islam (Jakarta: Rineka Cipta, 1994)