Jejak Pendidikan- Menurut Q-Annes & Hanbali, bahwa karakter ialah lautan, tidak selemai & tidak bisa diintervensi. Faktor ini memperkuat bahwa karakter dapat membedakan seorang dgn orang lain. Dijelaskan lebih lanjut oleh Q-Annes & Hanbali bahwa orang yg mempunyai karakter kuat yakni mereka yg tak ingin dikuasai oleh sekumpulan realitas yg sudah ada demikian saja dari sono-nya, sementara, orang yg mempunyai karakter lemah merupakan orang yg patuh terhadap sekumpulan keadaan yg sudah diberikan kepadanya tidak dengan bakal menguasainya.
Menurut Cronbach, menyebut bahwa tabiat bersifat amoral bila tersangka tak menyadari atau tak peduli dgn akibat dari tindakannya pada orang lain. Bayi yg belum miliki rencana menyangkut baik atau tidak baik adalah amoral. Sementara seseorang yg bijaksana (expendient) yaitu pun berpusat ada dirinya tapi perilakunya jauh terkontrol. dia tahu pentingnya memperhatikan reaksi orang lain utk mengenal makin jauh lagi .
Menurut Sparks, menyebut bahwa dengan cara umum fungsi dari karakter yaitu :
- one’s sense of right and wrong;
- one’s standards of what is good and just;
- one’s judgement of what constitutes good and bad behavior. Lebih lanjut, beliau memaparkan bahwa pada esensinya ada dua dimensi karakter; one is focused on the individual’s biliefs, amoral reseaning, and sistem of values; the other is focused on the individual’s actions and conduct.
Baca Juga: Konsep Pendidikan Karakter
Dimensi mula-mula ialah rencana pengembangan karakter yg secara tradisional jadi pendorong pendidikan di Amerika Serikat sedangkan dimensi yg ke-2 ialah ide pendidikan moral yg dikenal sewaktu thn 1960-an & 1970-an. Tapi di akui olehnya bahwa pengembangan karakter & pendidikan moral tidak serupa lantaran nilai-nilai & tingkat penalaran moral seseorang ialah pusat bagi ide karakter. Dgn kata lain, ada saling keterkatian antara pemikiran & tindakan,
That is, individuals act in acdordance with their persepection, values and beliefs, and in turn, the action and behaviors an individual chooses in resolving dilemas and making decisions are manifestation of those perspections, values, and beliefs.
Dalam National Conference on Character Bulding yg membahas The Need for Character Education yg diselenggarakan oleh International Education Foundation bekerja sama-sama dgn DEPDIKNAS, Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional, DEPAG, UNDP & sejumlah LSM di Jakarta mempertanyakan : What is meant by “character”? konferensi merumuskan pengertian karakter sbg berikut :
"Character has been defined as the inner disposition conductive to right conduct. It is a person’s collection of attitudes and habits which enable and facilitate moral action. It is the foundation for all activity in the world; every task and every achievement bears the imprint of ones’s character. Moreover, as we shall see, one result of attaining good character is that individuals are able to love others well and become more productive citizens. Good character is thus the foundatio for all human endeavors".
Lebih lanjut, dalam dokumen konferensi tersebut dibahas serta perbedaan pengertian antara personality & character.
"Personality is unique. It varies from person, as do talents and general abilities. Character, on the otehr hand, can be shared by many people. It is composed of virtues that are universal".
Spesifikasinya diatas memperjelas bahwa istilah personality menunjukkan kekhasan atau ciri khas yg dimiliki oleh seseorang atau perseorangan, sebab faktor pembawaan atau bakat & kapabilitas umum sedangkan istilah character menunjukkan kekhasan yg dimiliki sejumlah orang termasuk juga kebajikan-kebajikan yg bersifat universal.
Maka bakal diilustrasikan barangkali seseorang personalitinya seorang periang atau pendiam namun ke-2 personaliti tadi bakal mempunyai karakter yg sama seperti jujur, adil, ulet, pekerja keras, tanggung jawab, komitmet, senantiasa sharing, patuh aturan dan seterusnya lantaran karakter pada dasarnya dimiliki oleh tiap-tiap orang.
Dijelaskan pun bahwa pada intinya, karakter yg baik berada tertanam dengan cara baik di dalam hati, yg dinamakan juga “moral heart” atau menurut Agustian suara hati yg terletak pada god spot. Dengan Cara kusus dinyatakan bahwa:
"Heart is the source of the fundamental impulse for relatedness. it is what motivates a person to yearn to the joy of loving and being loved, the satisfaction of valuing and being valued".
Yg jadi persoalan apakah karakter tersebut terbangun atau tidak. Maka bagaimanakah utk membangunkan kembali karakter yg baik (good character) sehingga Pendidikan karakter jadi mutlak peranannya.