Jejak
Pendidikan- Dalam Al-Qur'an
nenganjurkan untuk mendorong umat Islam agar menggiatkan penggunaan akal. Dan
berkaitan dengan hal itu, maka dapat kita lihat demikian banyaknya Allah menyebut
beberapa kata yang berkait dengan pentingnya akal, yaitu disebutkannya kata al-aqlu
sebanyak 50 kali, kata ulul albab (cerdik cendekia) sebanyak 16
kali, kata ulin nuha (ahli ilmu) sebanyak dua kali dan masih banyak yang
lain, seperti ulil abshor (pengamat ahli) dan kata-kata lainnya.[1]
Al-Qur'an berulang-ulang menggerakkan dan
mendorong perhatian manusia dengan bermacam cara, supaya manusia mempergunakan
akalnya. Ada secara tegas, perintah mempergunakan akal dan ada pula berupa pertanyaan,
mengapa seseorang tidak mempergunakan akalnya. Selanjutnya diterangkan pula
bahwa segala benda di langit dan di bumi menjadi bukti kebenaran tentang
kekuasaan, kemurahan dan kebijaksanaan Tuhan, hanya oleh kaum yang
mempergunakan akalnya.
Disuruhnya manusia mengadakan perjalanan,
supaya akal dan pikirannya tumbuh dan berkembang. Timbulnya perpecahan antara
satu golongan selamanya, disebutkan karena mereka tiada mempergunakan akalnya.
Selanjutnya penyesalan di hari kemudian disebabkan karena tidak mempergunakan
akal.
Supaya akal itu dapat tumbuh dan
berkembang dengan cepat, perlu diberi ilmu pengetahuan, sehingga berpikir lebih
tepat dan mendasar kenyataan, tidak menerawang langit dan tidak ngawur. Akal
yang berisi pengetahuan, dapat mengetahui bagaimana alam ini diciptakan Tuhan
dengan serba teratur, menyebabkan tumbuhnya kepercayaan bahwa Tuhan itu Maha kuasa
dan Maha bijaksana. Orang yang mempergunakan akalnya suka bersatu dan selalu
menjaga persatuan, karena persatuan itu pokok kekuatan.[2]
Kata ‘aql (akal) yang mula-mula
hanya berhubungan dengan kecerdasan praktis dan berguna untuk “mengikat” atau “menahan”
memperoleh pemadatan makna dalam Al-Quran. Kata ini disebut 49 kali dalam 28
surah: 31 kali dalam 19 surah yang diturunkan di Makkah tempat kehidupan kaum
Muslim berada dalam suasana kaotis, dan 18 kali dalam 9 surah yang
diturunkan di Madinah ketika struktur kehidupan kebudayaan kaum Muslim boleh
dikatakan sudah mapan.
Akal sangat padat maknanya dalam
Al-Quran, dan digunakan secara luas oleh para pemikir Muslim. Dalam
perbendaharaan kata orang Islam, kata itu sangat tinggi kedudukannya.
Berfungsinya akal memiliki signifikansi ibadah. Sehingga, orang gila (yang
dianggap “kehilangan” akal) akan dianggap tidak laik beribadah. lbadahnya itu
tidak berguna sama sekali karena tidak dilakukan dengan kesadaran. Dari segi
ibadah, ia akan berhubungan erat dengan kesadaran.
Dengan menelusuri bagaimana kata itu
dipakai, akan dapat dipahami weltanschauung atau “pandangan-dunia” masyarakat
yang menggunakan bahasa itu, tidak hanya sebagai alat berpikir atau berbicara,
tetapi yang lebih penting lagi, pengonsepan dan penafsiran terhadap dunia
sekitarnya. “Dengan analisis semantik,” kata Izutsu,“ akan dipahami
pandangan masyarakat terhadap kenyataan yang ditunjukkan oleh kata itu.”
Ada tiga fungsi yang diperankan oleh otak
dan membuatnya berbeda dengan yang lain, yaitu:
- fungsi emosi (kecerdasanemosi (EQ),
- fungsi rasional (IQ), dan,
- fungsi spiritual (rohani dan religius) yang biasa kita kenal dengan kecerdasan SQ.
Beberapa cara kerja otak kiri antara lain
kegiatan analisis dan faktual juga kognitif, rasional serta logis. Sedangkan
otak kanan bekerja secara afektif, emosional, kualitatif dan spirit. Otak kecil
(cerebellum) sebagai jembatan antara otak belakang dan saraf tulang
belakang. Otak ini berperan untuk pernapasan dan koordinasi gerakan tubuh juga merekam seluruh kejadian yang dialami
manusia.
[1]
Imam
Muchlas, Al-Qur'an Berbicara (Kajian Kontekstual Beragam Persoalan), (Surabaya:
Pustaka Progressif, 1996), Cet. I, h. 120.
[2]
Fachruddin,
Ensiklopedia Al-Qur'an, Jilid I, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 74.