Advertisement
Jejak pendidikan-
Kecerdasan Spiritual
Spiritual
Intelligence adalah
paradigma kecerdasan spiritual. Artinya, segi dan ruang spiritual kita bisa
memancarkan cahaya spiritual (spiritual light) dalam bentuk kecerdasan
spiritual. Danah Zohar dan Ian Marshall
mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagaimana yang dikutip oleh Sanerya
Hendrawan dalam bukunya yang berjudul Spiritual Management; From
Personal Enlightenment Towards God Corporate Governance sebagai
berikut:
http://fahrizal91.blogspot.co.id/ |
Kecerdasan spiritual
merupakan kecerdasan untuk memecahkan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk
menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan
untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna
dibanding dengan orang lain.[1] Pendapat lain dikemukakan oleh Monty P.
Satiadarman dan Fidelis E. Waruwu dalam bukunya yang berjudul Mendidik
Kecerdasan Pedoman Bagi Orang Tua dan Guru dalam Mendidik Anak Cerdas, yakni:
Kecerdasan spiritual (SQ) merupakan kesadaran dalam diri kita yang membuat kita
menemukan dan mengembangkan bakat-bakat
bawaan, intuisi,
otoritas batin, kemampuan membedakan yang salah dan benar serta kebijaksanaan.[2] Kecerdasan
spiritual ditandai dengan kemampuan seorang anak untuk bisa menghargai dirinya
sendiri maupun orang lain, memahami perasaan terdalam orang-orang di
sekelilingnya, mengikuti aturan-aturan yang berlaku semua itu termasuk
merupakan kunci keberhasilan bagi seorang anak di masa depan. Kecerdasan spiritual mendorong transformasi dan memberikan rasa moral
kepada kehidupan individu, memungkinkan individu keluar dari batasan-batasan
ataupun kondisi-kondisi yang ada, melakukan transendensi secara kreatif, dan
membayangkan serta membangun masa depan yang belum terwujud dengan teguh dan
konsisten. Individu yang cerdas secara spiritual melihat kehidupan ini lebih
agung dan sakral, menjalaninya sebagai sebuah panggilan untuk melakukan sesuatu
yang unik, menemukan ekstase-ekstase kehidupannya dari pelayanan kepada gagasan-gagasan
yang bukan pemuasan diri-sendiri, melainkan kepada tujuan-tujuan luhur dan
agung, yang bahkan sering keluar dari dunia ini, bersifat abadi dan
eskatologis.
Bila ditinjau dari
segi kebutuhan manusia, menurut Abraham Maslow sebagaimana yang dikutip oleh
Akhmad Muhaimin Azzet dalam bukunya Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi
Anak, kebutuhan spiritual sebagai kebutuhan yang tertinggi, berikut urutan
kebutuhan manusia:[3]
a. Kebutuhan fisiologis, meliputi kebutuhan
sandang, pangan, papan, maupun kebutuhan biologis,
b. Kebutuhan keamanan, meliputi bebas dari
rasa takut dan merasa aman dimana pun berada,
c. Kebutuhan rasa memiliki sosial dan kasih
sayang, meliputi kebutuhan berkeluarga, persahabatan, dan menjalin interaksi
serta berkasih sayang,
d. Kebutuhan akan penghargaan, meliputi
kebutuhan akan kehormatan, status, harga diri, maupun mendapatkan perhatian
dari orang lain, dan
e. Kebutuhan aktualisasi diri, meliputi
kebutuhan untuk eksistensi diri dalam kehidupan. Kebutuhan aktualisasi diri ini
adalah kebutuhan yang berkaitan erat dengan kejiwaan dan merupakan kebutuhan spiritual
seorang manusia.
Danah Zohar
mengidentifikasi sepuluh kriteria untuk mengukur kecerdasan spiritual seseorang
sebagaimana dikutip oleh Sanerya Hendrawan dalam bukunya yang berjudul Spiritual
Management; From Personal Enlightenment Towards God Corporate Governance:
a. Kesadaran diri.
b. Spontanitas, termotivasi secara internal.
c. Melihat kehidupan dari visi dan
berdasarkan nilai-nilai fundamental.
d. Holistis, melihat sistem dan
universalitas.
e. Kasih sayang.
f. Menghargai keragaman.
g. Mandiri, teguh melawan mayoritas.
h. Mempertanyakan secara mendasar.
i. Menata kembali dalam gambaran besar.
j.
Teguh dalam kesulitan.
[1] Sanerya
Hendrawan, Spiritual Management: From Personal Enlightenment Toward God Corporate
Governance, (Bandung: Mizan Pustaka, 2009), hlm. 60.
[2] Monty P. Satiadarman dan Fidelis
E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan..., h. 42.
[3]
Akhmat
Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan Spiritual bagi Anak, (Jogjakarta:
Katahati, 2014), hlm. 27.