Advertisement
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latarbelakang
Masalah
http://fahrizal91.blogspot.co.id/ |
Setelah
Khilafah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan dari tentara mongol,
kekuatan politik Islam juga mengalami kemunduran-kemunduran secara drastis.
Wilayah kekuasaannya juga tercabik-cabik menjadi beberapa kerajaan kecil dan
antara yang satu dengan yang lainnya saling memerangi. Beberapa peninggalan
budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol
yang dipimpin oleh Hulagu Khan.
Keadaan politik
umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul
dan berkembangnya tiga kerajaan besar, yaitu: Usmani di Turki, Mughal di India,
dan Safawi di Persia. Kerajaan Usmani di Turki merupakan kerajaan yang pertama
berdiri, dan juga yang terbesar dan paling lama bertahan di banding dua
kerajaan lain. Kerajaan Turki Usmani inilah yang menjadi sebuah pioner dalam perkembangan
dunia Islam pada masanya dan juga kehancurannya menjadi sebuah pembuka masuknya
era industrialisasi ke dunia Islam.
- Tujuan
Penulisan
1)
Bagaimanakah
sejarah berdirinya kerajaan Turki Usmani?
2)
Apa saja
kemajuan yang dapat dicapai?
3)
Apa sebab
runtuhnya kerajaan Turki Usmani?
- Manfaat
penulisan
1)
Untuk
mengetahui sejarah berdirinya kerajaan Turki Usmani.
2)
Untuk
mengetahui kemajuan yang dicapai dan sebab runtuhnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
- Asal-Usul
Dinasti Turki Usmani
Nama kerajaan
Usmaniyah itu diambil dari dan dibangsakan kepada nenek moyang
mereka yang pertama, Sultan Usmani Ibnu Sauji Ibnu Arthogol Ibnu
Sulaimansyah Ibn Kia Alp, kepala Kabilah Kab di Asia Tengah.[1] Awal mula berdirinya Dinasti ini banyak
tertulis dalam legenda dan sejarah sebelum tahun 1300. Dinasti ini berasal dari
suku Qoyigh Oghus. Yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara
negeri Cina kurang lebih tiga abad. Kemudian mereka pindah ke Turkistan, Persia
dan Iraq. Mereka masuk Islam pada abad ke-9/10 ketika menetap di Asia
Tengah. Pada abad ke-13 M, mereka mendapat serangan dan tekanan dari Mongol,
akhirnya mereka melarikan diri ke Barat dan mencari perlindungan di antara
saudara-saudaranya yaitu orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia kecil.[2]
Dibawah
pimpinan Orthogul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin
II yang sedang berperang melawan Bizantium. Karena bantuan mereka
inilah, Bizantium dapat dikalahkan. Kemudian Sultan Alauddin memberi imbalan
tanah di Asia kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu
mereka terus membina wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai ibukota.[3]
Ertoghrul
meninggal Dunia tahun 1289. Kepemimpinan dilanjutkan oleh puteranya, Usman.
Putera Ertoghrul inilah yangdianggap sebagai pendiri kerajaan Usmani.
Usman memerintah antara tahun 1290-1326 M. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol
kembali menyerang Kerajaan Seljuk, dan dalam pertempuran tersebut Sultan
Alaudin terbunuh. Setelah wafatnya Sultan Alaudin tersebut, Usman
memproklamasikan kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas daerah yangdidudukinya.
Penguasa pertamanya adalah Usman yang sering disebut Usman I. Setelah
Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al-Usman (raja besar keluarga
Usman) tahun 1300 M setapak demi setapak wilayah kerajaan diperluas.[4]
Dipilihnya
negeri Iskisyihar menjadi pusat kerajaan. Usman mengirim surat kepada raja-raja
kecil guna memberitahukan bahwa sekarang dia raja yang besar dan
dia menawar agar raja-raja kecil itu memilih salah satu diantara tiga perkara,
yakni ; Islam, membayar Jaziah dan perang. Setelah menerima surat itu,
separuh ada yang masuk Islam ada juga yangmau membayar
Jizyah. Mereka yang tidak mau menerima tawaran Usman merasa terganggu
sehingga mereka meminta bantuan kepada bangsa Tartar, akan tetapi Usman tidak
merasa takut menghadapinya. Usman menyiapkan tentaranya dalam mengahdapi bangsa
Tartar, sehingga mereka dapat ditaklukkan. Usman mempertahankan kekuasaan nenek
moyang dengan setia dan gagah perkasa sehingga kekuasaan tetap tegak dan kokoh
sehingga kemudian dilanjutkan dengan putera dan
saudara-saudaranya yang gagah berani meneruskan perjuangan sang ayah
dan demi kokohnya kekuasaan nenek moyangnya.
- Kemajuan-Kemajuan Turki Usmani
Akibat kegigihan dan ketangguhan yang dimiliki oleh para pemimpin
dalam mempertahankan Turki Usmani membawa dampak yang baik sehingga
kemajuankemajuan dalam perkembangan wilayah Turki Usmani dapat di raihnya
dengan cepat. Dengan cara atau taktik yang dimainkan oleh beberapa penguasa
Turki seperi Sultan Muhammad yang mengadakan perbaikan-perbaikan dan meletakkan
dasar-dasar keamanan dalam negerinya yang kemudian diteruskan oleh Murad II (1421-1451M).[5] Sehingga Turki Usmani
mencapai puncak kejayaan pada masa Muhammad II (1451- 1484 M). Usaha ini di
tindak lanjuti oleh raja-raja berikutnya, sehingga dikembangkan oleh Sultan
Sulaiman al-Qonuni. Ia tidak mengarahkan ekspansinya kesalah satu arah timur
dan Barat, tetapi seluruh wilayah yang berada disekitar Turki Usmani itu,
sehingga Sulaiman berhasil menguasai wilayah Asia kecil. Kemajuan dan
perkembangan wilayah kerajaan Usmani yang luas berlangsung dengan cepat dan
diikuti oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan lain yang penting,
diantaranya:
- Bidang
Kemiliteran
Para pemimpin kerajaan Turki Usmani adalah
orang-orang yang kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat
dan luas. Namun, kerajaan Turki Usmani mencapai masa keemasannya bukan
semata-mata karena keunggulan politik para pemimpinnya. Akan tetapi yang terpenting
diantaranya adalah keberanian, ketrampilan, ketangguhan, dan kekuatan
militernya yang sanngup bertempur kapan saja dan dimana saja.
Orkhan pemimpin Turki Usmani yang pertama kali
mengorganisasi kekuatan militer dengan baik serta taktik dan strategi tempur
yang teratur. Pada periode ini tentara Islam pertama kali masuk ke Eropa.
Orkhan berhasil mereformasi dan membentuk tiga pasukan utama tentara. Pertama,
tentara Sipahi (tentara reguler) yang mendapatkan gaji tiap bulannya. Kedua,
tentara Hazeb (tentara ireguler) yang di gaji pada saat mendapatkan harta
rampasan perang (Mal al-Ghanimah). Ketiga, tentara Jenissary atau Inkisyariyah
(tentara yang direkrut pada saat berumur 12 tahun, kebanyakan adalah anak-anak
Kristen yang dibimbing Islam dengan disiplin yang kuat). Pasukan inilah yang
dapat mengubah negara Turki Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat dan
memberikan dorongan yang amat besar dalam penaklukan negeri-negeri non muslim.
Orkhan juga membenahi angkatan laut karena ia
mempunyai peranan yang besar dalam perjalanan ekspansi Turki Usmani. Pada abad
ke-16, angkatan laut Turki Usmani mencapai puncak kejayaan, karena dengan cepat
dapat menguasai wilayah yang amat luas baik di Asia, Afrika, maupun Eropa.
Faktor utama yang mendorong kemajuan di lapangan kemiliteran ini adalah tabiat
bangsa Turki itu sendiri yang bersifat militer, berdisiplin, dan patuh terhadap
peraturan. Yang mana tabiat ini merupakan tabiat yang mereka warisi dari nenek
moyangnya di Asia Tengah.
- Bidang Pemerintahan
Suksesnya Ekspansi Turki Usmani selain karena
ketangguhan tentaranya juga dibarengi pula dengan terciptanya jaringan
pemerintahan yang teratur. Dalam mengelola wilayah yang luas para raja-raja
Turki Usmani senantiasa bertindak tegas. Dalam struktur pemerintahan, sultan
sebagai penguasa tertinggi. Dibantu oleh shadr al-a’zham (perdana menteri) yang
membawahi pasya (gubernur). Gubernur mengepalai daerah tingkat I. di bawahnya
terdapat beberapa orang al-Zanaziq atau ‘Alawiyah (bupati). Contohnya, ketika
Turki Usmani dipimpin oleh Murad II. Beliau adalah seorang penguasa yang saleh
dan dicintai rakyatnya, ia juga seorang yang sabar, cerdas, berjiwa besar, dan
ahli ketatanegaraan. Bahkan Murad II banyak mendapat pujian dari sejarawan
barat.
Selain itu, di masa pemerintahan Sultan
Sulaiman I untuk mengatur urusan pemerintahan negara disusun sebuah kitab
undang-undang (Qanun) yang diberi nama Multaqa al-Abhur yang menjadi pegangan
hukum bagi kerajaan Turki Usmani.
- Bidang
Ilmu Pengetahuan
Turki Usmani merupakan bangsa yang berdarah
militer, sehingga lebih banyak memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang
kemiliteran. Sementara dalam bidang ilmu pengetahuan tidaklah begitu menonjol.
Karena itulah dalam khazanah intelektual Islam kita tidak menemukan ilmuwan
terkemuka dari Turki Usmani. Namun demikian, mereka banyak berkiprah dalam
pengembangan seni arsitektur Islam berupa bangunan-bangunan masjid yang indah.
Seperti masjid Al-Muhammadi atau masjid Jami’ Sultan Muhammad Al-Fatih, masjid
Agung Sulaiman, dan masjid Abi Ayyub Al-Anshari. Masjid-masjid tersebut dihiasi
pula dengan kaligrafi yang indah. Ada salah satu masjid yang terkenal keindahan
kaligrafinya adalah masjid yang asalnya Gereja Aya Sopia. Yang mana hiasan
kaligrafi itu dijadikan penutup gambar Kristiani yang ada sebelumnya.[9]
Selain itu, pada masa sultan Sulaiman I di
kota-kota besar dan kota-kota lainnya banyak di bangun masjid, sekolah, rumah
sakit, gedung, makam, jembatan, saluran air, villa, dan pemandian umum.
- Bidang Budaya
Pengaruh dari ekspansi wilayah Turki Usmani
yang sangat luas, sehingga kebudayaannya merupakan perpaduan macam-macam
kebudayaan. Diantaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium, dan Arab. Dari kebudayaan
Persia, mereka banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama
dalam istana raja-raja. Dari Bizantium, organisasi pemerintahan dan kemiliteran
banyak diserap. Sedangkan dari Arab, mereka banyak menyerap ajaran-ajaran
tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial kemasyarakatan, keilmuan, dan
bahasa/huruf. Orang-orang Turki Usmani memang terkenal sebagai bangsa yang suka
dan mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima
kebudayaan luar.
- Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki Usmani
mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan politik. Masyarakat
digolong-golongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat
dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku.
Pada masa pemerintahan Sulaiman al-Qanuni
rakyat muslim diwajibkan harus sholat lima kali dan berpuasa di bulan Ramadhan.
Jika ada yang melanggar tidak hanya dikenai denda namun juga sanksi badan.
Sehingga sultan Sulaiman al-Qanuni bukan hanya sultan yang paling terkenal di
kalangan Turki Usmani, akan tetapi pada awal ke 16 beliau adalah kepala negara
yang paling terkenal di dunia. Beliau seorang penguasa yang shaleh, dan juga
berhasil menerjemahkan Al-Qur’an dalam bahasa Turki. Bahkan pada saat Eropa terjadi
pertentangan antara katolik, mereka diberi kebebasan dalam memilih agama dan
diberikan tempat di Turki Usmani. Bahkan Lord Cerssay mengatakan, bahwa pada
zaman dimana dikenal ketidakadilan dan kedzaliman Katolik Roma dan Protestan,
maka Sultan Sulaiman yang paling adil dengan rakyatnya meskipun ada yang tidak
beragama Islam.[10]
Di kerajaan Turki Usmani Tarekat juga mengalami
kemajuan. Tarekat yang paling terkenal ialah tarekat Bektasyi dan tarekat
Maulawi. Kedua Tarekat banyak dianut oleh kalangan sipil dan militer. Tarekat
Bektasyi mempunyai pengaruh yang sangat dominan di kalangan Jenissary, sehingga
mereka sering disebut dengan tentara Bektasyi. Sementara tentara Maulawi
mendapat dukungan dari para penguasa dalam mengimbangi Jenissary Bektasyi.
Di lain pihak, kajian-kajian ilmu keagamaan
seperti: Fiqh, ilmu kalam, Tafsir, dan Hadist boleh dikatakan tidak mengalami
perkembangan yang berarti. Para penguasa lebih cenderung untuk menegakkan satu
paham (Madzab) keagamaan dan menekan Madzab lainnya. Contoh Sultan Abd Al-Hamid
II begitu fanatik terhadap aliran Ash-‘Ariyah. Akibat kelesuan di bidang ilmu
keagamaan dan fanatik yang berlebihan, maka ijtihad tidak berkembang.
B. Kemunduran
Kerajaan Turki Usmani
Kemunduran
Turki Usmani terjadi setelah wafatnya Sulaiman Al-Qonuni. Hal ini disebabkan
karena banyaknya kekacauan yang terjadi setelah Sultan Sulaiman meninggal
diantaranya perebutan kekuasaan antara putera beliau sendiri. Para pengganti
Sulaiman sebagian besar orang yang lemah dan mempunyai sifat dan kepribadian
yang buruk. Juga karena melemahnya semangat perjuangan prajurit Usmani yang
mengakibatkan kekalahan dalam mengahadapi beberapa peperangan. Ekonomi semakin
memburuk dan system pemerintahan tidak berjalan semestinya. Selaim faktor
diatas, ada juga faktor-faktor yang menyebabkan kerajaan Usmani mengalami
kemunduran, diantaranya adalah :
- Wilayah Kekuasaan yang Sangat
Luas
Perluasan
wilayah yang begitu cepat yang terjadi pada kerajaan Usmani, menyebabkan pemerintahan
merasa kesulitan dalam melakukan administrasi pemerintahan, terutama pasca
pemerintahan Sultan Sulaiman. Sehingga administrasi pemerintahan kerajaan
Usmani tidak beres. Tampaknya penguasa Turki Usmani hanya mengadakan ekspansi,
tanpa mengabaikan penataan sistem pemerintahan. Hal ini menyebabkan wilayah-wilayah
yang jauh dari pusat mudah direbut oleh musuh dan sebagian berusaha melepaskan
diri.
- Heterogenitas
Penduduk
Sebagai
kerajaan besar, yang merupakan hasil ekspansi dari berbagai kerajaan, mencakup
Asia kecil, Armenia, Irak, Siria dan negara lain, maka di kerajaan Turki
terjadi heterogenitas penduduk. Dari banyaknya dan beragamnya penduduk, maka
jelaslah administrasi yang dibutuhkan juga harus memadai dan bisa memenuhi
kebutuhan hidup mereka. Akan tetapi kerajaan Usmani pasca Sulaiman tidak
memiliki administrasi pemerintahan yang bagus di tambah lagi dengan
pemimpinpemimpin yang berkuasa sangat lemah dan mempunyai perangai yang jelek.
- Kelemahan
para Penguasa
Setelah sultan
Sulaiman wafat, maka terjadilah pergantian penguasa. Penguasa-penguasa tersebut
memiliki kepribadian dan kepemimpinan yang lemah akibatnya pemerintahan menjadi
kacau dan susah teratasi.
- Budaya
Pungli
Budaya ini
telah meraja lela yang mengakibatkan dekadensi moral terutama dikalangan
pejabat yang sedang memperebutkan kekuasaan (jabatan).
- Pemberontakan
Tentara Jenissari
Pemberontakan Jenissari
terjadi sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M dan
1826 M. Pada masa belakangan pihak Jenissari tidak lagi menerapkan
prinsip seleksi dan prestasi, keberadaannya didominasi oleh keturunan dan
golongan tertentu yang mengakibatkan adanya pemberontakan-pemberontakan.
- Merosotnya
Ekonomi
Akibat
peperangan yang terjadi secara terus menerus maka biaya pun semakin membengkak,
sementara belanja negara pun sangat besar, sehingga perekonomian kerajaan Turki
pun merosot.
- Terjadinya
Stagnasi dalam Lapangan Ilmu dan Teknologi
Ilmu dan Teknologi selalu berjalan beriringan
sehingga keduanya sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Keraajan usmani kurang
berhasil dalam pengembagan Ilmu dan Teknologi ini karena hanya mengutamakan
pengembangan militernya. Kemajuan militer yang tidak diimbangi dengan kemajuan
ilmu dan teknologi menyebabkan kerajaan Usmani tidak sanggup menghadapi
persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Kerajaan Turki
Usmani pada awalnya hanya memiliki wilayah yang sangat kecil, namun dengan
adanya dukungan militer, tidak beberapa lama Turki Usmani menjadi kerajaan yang
besar bertahan dalam kurun waktu yang lama. Kemajuan dan perkembangan kerajaan Turki dalam bidang –bidang
kehidupan, diantaranya:
1. Bidang
Kemiliteran
2. Bidang
Pemerintahan
3. Bidang Ilmu
Pengetahuan
4. Bidang
Budaya
5. Bidang
Keagamaan
Puncak kejayaan
Turki Usmani terjadi pada masa kekuasaan Sulaiman al-Qanuni. Beliau raja yang
sangat terkenal di dunia dan juga penguasa yang Shaleh. Sedangkan periode
kemundurannya dimulai karena terjadinya perjanjian Carltouiz (26 Januari 1699)
antara Turki Usmani dengan Australia, Polandia, Venesia, dan Inggris.
B. Saran
Ilmu sejarah memang sulit kita ketahui tentang kevalitannya. Untuk
mengetahui tentang kebenaran dalam sebuah sejarah kita haruslah mecarinya
secara mendetail, oleh sebab itu, makalah ini masih jauh dari kesempurnaannya,
maka penulis sangat mengharapkan kritikan yang berupa tambahan dan sifatnya
membangun untuk kesempurnaan dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Suwito,
Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008.
Mubarok,
Jaih, Sejarah Peradaban Islam, Bandong: Bani Qurasy
2008.
Yatim,
Badri. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo
2008
Hasan,
Ibrahim. Sejarah Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Kota Kembang
[1] Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Yogyakarta:
Kota Kembang1997), h. 325
[2] Ibid.
[3]Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo
2003), h. 130
[4]Ibid. h 131
[5]Ibid. H 135
[6] http://www.zum.de/whkmla/histatlas/asmin/.com
[7] Ibid.
[8]Ibid.
[9] Jaih Mubarok, Sejarah peradaban Islam, (Bandung: Bani Quraisy).
H.175
[10] Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana 2008).
h. 321