Advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam
kegiatan proses pembelajaran, kurikulum sangat dibutuhkan sebagai pedoman untuk
menyususn target dalam proses belajar mengajar. Karena dengan adanya kurikulum
maka akan memudahkan setiap pengajar dalam porses belajar mengajar, maka dengan
itu perlu untuk diketahui apa arti dari kurikulum itu. Yang dimaksud dengan
kurikulum adalah suatu usaha untuk menyampaikan asas-asas dan ciri-ciri yang
penting dari suatu rencana dalam bentuk yang sedemikian rupa sehingga dapat
dilaksanakan guru disekolah.
Setelah
mengetahui apa yang dimaksud dengan kurikulum maka perlu untuk diketahui
bagaimana perkembangan kurikulum. Karena seperti halnya tekhnologi dalam suatu
zaman, selalu terjadi perkembangan, begitu juga halnya dengan perkembangan
kurikulum. Untuk itu maka penulis mencoba untuk membahas tentang perkembangan
kurikulum.
B.
Rumusan Permasalahan
1.
Prinsip-prinsip apa saja yang terdapat dalam
pengembangan kurikulum?
2.
Bagaimanakah yang dimaksud dengan pengembangan
kurikulum?
3.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
pengembangan kurikulum?
4.
Bagaimana yang dimaksud dengan artikulasi dan
hambatan dalam pengembangan kurikulum?
5.
Model-model apa saja yang dipakai dalam
pengembangan kurikulum?
BAB II
PENGEMBANGAN
KURIKULUM
Kurikulum
merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang
disediakan bagi siswa di sekolah. Dalam kurikulum terintregasi filsafat, nilai-nilai,
pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Kurikulum disusun oleh para ahli
pendidikan/ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, penjabat pendidikan,
pengusaha serta unsur-unsur masyarakat lainnya. Rancangan ini disusun dengan
maksud memberi pedoman kepada para pelaksana siswa, mencapai tujuan yang
dicita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga, maupun masyarakat.
A.
Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum
Kurikulum
dikembangkan berdasarkan pada prinsip-prinsip yang dianutnya. Prinsip itu pada
dasarnya merupakan kaidah yang menjiwai kurikulum tersebut.[1]
1.
Prinsip Umum
Ada
beberapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum
a.
Prinsip relevansi
Secara umum istilah relevansi diartikan sebagai
kesesuain atau keserasian pendidikan dengan tuntutan kehidupan masyarakat.
Artinya pendidikan dipandang relevan jika hasil perolehan pendidikan itu
bersifat fungsional. Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum,
yaitu relevan ke luar dan relevansi di dalam kurikulum itu sendiri. Relevansi
ke luar maksunya tujuan, isi, dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum
hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan masyarakat.
Kurikulum menyiapkan siswa untuk bisa hidup dan bekerja dalam masyarakat.
Kurikulum juga harus memiliki relevansi di
dalam yaitu ada kesesuain atau konsistensi anatara komponen-komponen kurikulum,
yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian, dan penilaian.
b.
Prinsip fleksibilitas
Fleksibilitas ini artinya lentur/tidak kaku
dalam memberikan kebebasan bertindak. Dalam kurikulum pengertian itu
dimaksudkan kebebasan dalam memilih program-program pendidikan bagi murid dan
mengembangkan program pendidikan bagi para guru.
c.
Prinsip kontinuitas
Prinsip kontinuitas yaitu berkesinambungan.
Perkembangan dan proses belajar akan berlangsung secara berkesinambungan, tidak
terputus-putus atau berhenti-henti. Oleh karena itu, pengalaman-pengalaman
belajar yang disediakan kurikulum juga hendaknya berkesinambungan anatar satu
tingkat kelas, dengan kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan
jenjang lainnya, juga antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan.
d.
Prinsip praktis
Yaitu mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat
sederhana dana biayanya juga murah. Prinsip ini juga disebut prinsip efisien.
Betapapun bagus dan idealnya suatu kurikulum kalau menuntut keahlian-keahlian
dan peralatan yang sangat khusus dan mahal pula biayanya, maka kurikulum
tersebut tidak praktis dan sukar dilaksanakan. Kurikulum dan pendidikan selalu
dilaksanakan dalam keterbatasan-keterbatasan, baik keterbatasan waktu, biaya,
alat, maupun personalia. Kurikulum bukan hanya harus ideal tetapi juga praktis.
e.
Prinsip Efektifitas
Dalam sajian bidang pendidikan prinsip
efektifitas ini dikaitkan dengan efektifitas guru mengajar dan efektifitas para
murid belajar. Implikasi prinsip ini dalam pengembanagan kurikulum ialah
mengusahakan agar setiap kegiatan kurikuler membuahkan hasil tanpa ada kegiatan
yang mubazir dan terbuang percuma.
2.
Prinsip Khusus
Ada beberapa prinsip yang lebih khusus dalam
pengembangan kurikulum.
a.
Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan
Tujuan menjadi pusat kegiatan dan arah semua
kegiatan pendidikan. Perumusan komponen-komponen kurikulum hendaknya mengacu
pada tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum
atau berjangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek (tujuan khusus).
b.
Prinsip berkenaan dengan isi pendidikan
Memilih isi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan
pendidikan yang telah ditentukan para perencana kurikulum perlu
mempertimbangkan beberapa hal
·
Perlu penjabaran tujuan pendidikan/pengajaran
ke dalam bentuk perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana.
·
Isi bahan harus meliputi segi pengetahuan,
sikap, dan ketrampilan
·
Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan
yang logis dan siitematis
c.
Prinsip berkenaan dengan pemilihan belajar
mengajar
Pemilihan proses belajar mengajar yang
digunakan hendaknya memperlihatkan hal-hal sebagai berikut:
·
Apakah metode/tekhnik belajar-mengajar yang
digunakan cocok untuk mengajar bahan pelajaran?
·
Apakah metode/tekhnik tersebut memberikan
kegiatan yang bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa?
·
Apakah metode/tekhnik tersebut memberikan
urutan kegiatan yang bertingkat-tingkat?
·
Apakah metode tersebut dapat menciptakan
kegiatan untuk mencapai tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor?
·
Apakah metode/tekhnik tersebut lebih
mengaktifkan siswa, atau mengaktifkan guru atau kedua-duanya?
·
Apakah metode/tekhnik tersebut mendorong
berkembangnya kemampuan baru?
·
Apakah metode/tekhnik tersebut menimbulkan
jalinan kegiatan belajar di sekolah dan di rumah, juga mendorong pengunnan
sumber yang ada dirumah dan di masayarakat?
·
Untuk belajar keterampilan sangat dibutuhkan
kegiatan belajar yang menekankan “learning by doing” di samping “learning by
seeing and knowing”.
d.
Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan
alat pengajaran
Proses belajar-mengajar yang baik perlu
didukung oleh pengunaan media dan alat-alat bantu pengajaran ynag tepat.
·
Alat/media pengajaran apa yang diperlukan.
Apakah semuanya sudah tersedia? Biala laat tersebut tidak ada apa penggantinya?
·
Kalau ada alat yang harus dibuat, hendaknya
memperhatikan: bagaimana pembuatannya, siapa yang membuat, pembiyaannya, waktu
pembuatan?
·
Bagaimana pengorganisasian alat dalam bahan
pelajaran, apakah dalam bentuk modul, paket belajar, dan lain-lain?
·
Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan
menggunakan multi media.
e.
Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan
penilaian
Penilaian merupakan bagian integral dari
pengajaran:
·
Dalam penyusunan alat penilaian (test)
hendaknya langkah-langkah sebagai berikut:
Rumusan tujuan-tujuan pendidikan yang umum,
dalam ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Uraiakan ke dalam bentuk tingkah-tingkah
laku murid yang dapat diamati. Hubungkan dengna bahan peljaran. Tulikan
butir-butir test.
·
Dalam merencanakan suatu penilaian hendaknya
diperhatikan beberapa hal:
Bagaimana kelas, usia, dan tingkat kemampuan
kelompok yang akan ditest?
Berapa lama waktu dibutuhkan untuk pelaksanaan
test?
Apakah test tersebut berbentuk uaraian atau
objektif?
Apakah test tersebut diadministrasikan oleg
guru atau oleh murid?
·
Dalam pengelohan suatu hasil penilaian
hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Norma apa yang digunakan di dalam pengolahan
hasil test?
Apakah digunakan formula quessing?
Bagaimana pengubahan skor ke dalam skor masak?
Skor standar apa yang digunakan?
Untuk apakah hasil-hasil test digunakan?
B.
Pengembangan Kurikulum
Dalam mengembangkan suatu kurikulum
banyak pihak yang turut berpartisipasi, yaitu: administrator pendidikan, ahli
pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan, guru-guru, dan orang
tua murid serta tokoh-tokoh masyarakat.[2]
1.
Peranan para administrator pendidikan
Para administrator pendidikan ini terdiri dari:
direktur bidang pendidikan, pusat pengembangan kurikulum, kepala kantor
wilayah, kepala kantor kabupaten dan kecamatan serta kepala sekolah. Peranan
para administrator si tingkat pusat (direktur dan kepala pusat) dalam
pengembangan kurikulum adalah menyusun dasar-dasar hukum, menyusun kerangka
dasar seta program inti kurikulum.
2.
Peranan para ahli
Pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan
atas perubahan tuntutan kehidupan dalam masyarakat, tetapi juga perlu dilandasi
oleh perkembangan konsep-konsep dalam ilmu. Oleh karena itu, pengembangan
kurikulum membutuhkan bantuan pemikiran para ahli, baik ahli pendidikan, ahli
kurikulum, maupun ahli bidang studi/disiplin ilmu.
Partisipasi para ahli pendidikan dan ahli kurikulum
terutama sangat dibutuhkan dalm pengembangan kurikulum pada tingkat pusat.
Apabila pengembanagan kurikulum sudah banyak dilakukan pada tingkat daerah atau
local, maka pertisipasi mereka pada tingkat daerah, lokal bahkan sekolah juga
sangat diperlukan, sebab apa yang telah digarikan pada tingkat pusat belum
tentu dapat dengan mudah dipahami oleh para pengembangan dan pelaksana
kurikulum di daerah.
3.
Peranan guru
Guru memegang peranan yang cukup penting baik
di dalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Dia adalah perencana,
pelaksana, dan pengembag kurikulum bagi kelasnya.
Peranan guru bukan hanya menilai perilaku dan
prestasi belajar murid-murid dalam kelas, tetapi juga menilai implementasi
kurikulum dalam lingkup yang lebih luas.
4.
Peranan orang tua murid
Orang tua juga mempunyai peranan dalam
pengembangan kurikulum peranan mereka dapat berkenaan dengan dua hal: pertama
dalam penyusunan kurikulum dan kedua dalam pelaksanaan kurikulum. Dalam
penyusunan kurikulum mungkin tidak semua orang tua dapat ikut seta, hanya
terbatas kepada beberapa orang tua saja yang cukup waktu dan mempunyai latar
belakang yang memadai.
C.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan
Kurikulum
1.
Perguruan tinggi
Kurikulum minimal mendapat dua pengaruh dari
perguruan tinggi. Pertama, dari pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
yang dikembangkan di perguruan tinggi umum. Kedua, dari pengembangan ilmu
pendidikan dan keguruan (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan).
2.
Masyarakat
Sebagai bagian dan agen dari masyarakat, sekolah
sanagt dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat dimana sekolah tersebut berada.
Isis kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi dan dapat memenuhi tuntutan dan
kebutuhan masyarakat homogen atau heterogen, masyarakat kota atau desa, petani,
pedagang atau pegawai, dan sebagainya.
3.
Sistem nilai
Masalah utama yang dihadapi para pengembangan
kurikulum menghadapi nilai adalah, bahwa dalam masyarakat nilai itu tidak hanya
satu. Masyarakat umumnya heterogen dan multifaset.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru
dalam mengajarkan nilai
·
Guru hendaknya mengetahui dan memperhatikan
semua nilai yang ada dalam masyarakat
·
Guru hendaknya berpegang pada prinsip
demokrasi, etis, dan normal
·
Guru berusaha menajdikan dirinya sebagai
teladan yang patut ditiru
·
Guru menghargai nilai-nilai kelompok lain
·
Memahami dan menerima keberagaman kebudayaan
sendiri
D.
Artikulasi dan Hambatan Pengembangan Kurikulum
Artikulasi
dalam pendidikan berarti “kesatupaduan dan koordinasi segala pengalaman
belajar”. Untuk merealisasikan artikulasi kurikulum, perlu meneliti kurikulum
secara menyeluruh, membuang hal-hal yang tidak diperlukan, menghilangkan
duplikasi, merevisi metode serta isi pengajaran, mengusahakan perluasan dan
kesinambungan kurikulum.[3]
Untuk
menyusun artikulasi kurikulum diperlukan kerja sama dari berbagai pihak: para
administrator, kepala sekolah, TK sampai rektor universitas, guru-guru dari
setiap jenjang pendidikan, orang tua murid dan tokoh-tokoh masyarakat.
Dalam
pengembangan kurikulum terdapat beberapa hambatan. Hambatan pertama terletak
pada guru. Guru kurang berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum. Hal itu
disebabkan beberap hal. Pertama kurang waktu. Kedua kekurangsesuaian pendapat,
baik antara sesama guru maupun dengan kepala sekolah dan administrator. Ketiga
karena kemampuan dan pengetahuan guru sendiri.
Hambatan
lain datang dari masyarakat. Untuk pengembangan kurikulum dibutuhkan dukungan
masyarakat baik dalam pembiayaan maupun dalam memberikan umpan balik terhadap
sistem pendidikan atau kurikulum yang sedang berjalan. Masyarakat adalah sumber
input dari sekolah. Keberhasilan pendidikan, ketetapan kurikulum yang
digunakan membutuhkan bantuan, serta input fakta dan pemikiran dari
masyarakat.
E.
Model-model Pengembangan Kurikulum
Pemilihan
suatu model pengembangan kurikulunm bukan saja didasarkan atas kelebihan dan
kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi
juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan
pendidikan yang di anut serta model konsep pendidikan mana yang digunakan.
1.
The administrative model
Model pengembangan kutikulum ini merupakan
model paling lama dan paling banyak dikenal. Diberi nama model administrative
atau line staff karena inisisatif dan gagasan pengembangan datang dari
para administrator pendidikan dan menggunakan prosedur administrasi.
Dalam pelaksanaan kurikulum tersebut, selama
tahun-tahun permulaan diperlukan pula adanya kegiatan monitoeing, pengamatan
dan pengawasan serta bimbingan dalam pelaksanaannya. Setelah berjalan beberapa
saat perlu juga dilakukan suatu evaluasi, untuk menilai baik valitidas
komponen-komponennya, prosedur pelaksanaan maupun keberhasilannya.
2.
Tim grass roots model
Model pengembangan ini merupakan lawan dari
model pertama. Insiatif dan upaya pengembangan kurikulum, bukan datang dari
atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru atau sekolah. Dalam model pengembangan
kuruikulum yang bersifat grass roots seorang guru, sekelompok guru atau
keseluruhan guru suatu sekolah mengadakan uapaya pengembangan kurikulum.
3.
Beaucamph’s system
Model pengembangan ini dikemukan oleh Beaucamp
seorang ahli kurikulum. Beaucamph mengemukakan lima hal dalam pengembangan
kurikulum
a.
Menetapkan arena atau lingkup wilyah yang akan
dicakup oleh kurikulum tersebut, apakah suaru sekolah, kecamatan, kabupaten,
propinsi atau seluruh Negara. Penetapan area ini ditentukan oleh wewewang yang
dimiliki oleh pengambil kebijaksanaan dalam pengembangan kurikulum serta oleh
tujuan pengembangan kurikulum.
b.
Menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang
turut serta terlibat dalam pengembangan kurikulum. Ada empat kategori orang
yang turut berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum yaitu:
·
Para ahli pendidikan/kurikulum yang ada pada
pusat pengembangan kurikulum dan para ahli bidang ilmu dari luar
·
Para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau
sekolah dan guru-guru terpilih
·
Para professional dalam sistem pendidikan
·
Professional lain dan tokoh-tokoh masyarakat
c.
Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum.
Langka ini berkenaan dengan posedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan
umum dan tujuan yang lebih khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta
kegiatan evaluasi, dan dalam menentukan keseluruhan desain kurikulum.
d.
Implementasi kurikulum. Langkah ini merupakan
langkah mengimplementasikan atau melaksanakan kurikulum yang bukan sesuatu yang
sederhana, sebab membutuhkan kesiapan yang menyeluruh, baik kesiapan guru-guru,
siswa, fasilitas, bahan maupun biaya, di samping kesiapan manajerial dari
pimpinan sekolah atau administrator setempat.
e.
Evaluasi kurikulum. Langkah ini minimal
mencakup empat hal, yaitu:
·
Evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh
guru-guru
·
Evaluasi desain kurikulum
·
Evaluasi hasil belajar siswa
·
Evaluasi dari keseluruhan sistem kurikulum
4.
The demonstration model
Model demonstrasi pada dasarnya bersifat grass
roots, datang dari bawah. Model ini diprakarsai oleh sekelompok guru atau
sekelompok guru bekerja sama dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum.
Model ini umumnya berskala kecil, hanya mencakup suatu atau beberapa sekolah,
suatu komponen kurikulum atau mencakup keseluruhan komponen kurikulum. Karena
sifatnya ingin mengubah atau mengganti kurikulum yang ada, pengembangan
kurikulum sering mendapat tantangan dari pihak-pihak tertentu.
5.
Taba’s inverted model
Ada lima langkah pengembangan kurikulum model
Taba ini
a.
Mengadakan unit-unit eksperimen bersama-sama
guru
b.
Menguji unit eksperimen
c.
Mengadakan revisi dan konsolidasi
d.
Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum
e.
Implementasi dan diseminasi
6.
Roger’s interpersonal relation model
Menurut Rogers manusia berada dalam proses
perubahan (becoming developing, changing), sesungguhnya ia mempunyai
kekuatan dan potensi untuk berkembang sendiri, tetapi karena ada
hambatan-hambatan tertentu ia membutuhkan orang lain untuk membantu
memperlancar atau mempercepat perubahan tersebut. Pendidikan juga tidak lain
merupakan upaya guru untuk memperlancar dan mempercepat perubahan tersebut.
guru serta pendidik lainnya bukan pemberi informasi apalagi penentu
perkembangan anak, mereka hanayalah pendorong dan pemelancar perkembangan anak.
Ada empat langkah pengembangan kurikulum model Rogers
a.
Pemilihan target dari sistem pendidikan
b.
Partisipasi guru dalam pengalaman kelompok yang
intensif
c.
Pengembangan pengalaman kelompok yang intensif
untuk satu kelas atau unit pelajaran
d.
Partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok
7.
The systematic action-research model
Model perkembangan ini didasarakan pada asumsi
bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan social. Hal itu mencakup suatu
proses yang melibatkan kepribaddaian orang tua, siswa guru, struktur sistem
sekolah, pola hubungan pribadi dan kelompok dari sekolah dan masyarakat.
8.
Emerging technical models
Perkembanngan bidang teknologi dan ilmu
oengetahuan serta nilai-nilai efesien efektifitas dalam bisnis, juga
mempengaruhi perkembangan model-model kurikulum. Tumbuh kecenderungan baru yang
didasarkan atas hal itu, di antaranya:
a.
The behavioral analysis model
Yaitu menekankan penguasaan perilaku atau
kemampuan. Suatu perilaku/kemampuan yang kompleks diuraikan menjadi
perilaku-perilaku yang sederhana yang tersusun secara hierarkis. Siswa
mempelajari perilaku-perilaku tersebut secara berangsur-angsur mulai dari yag
sederhana menuju yang lebih kompleks.
b.
The system analysis model berasal dari gerakan
efesien bisnis. Langkah pertama dari model ini adalah menentukan spesifikasi
perangkat hasil belajar yang harus dikuasai siswa. Langkah kedua adalah
menyusun instrument untuk menilai ketercapaian hasil-hasil belajar tersebut.
Langkah ketiga, mengindentifikasi tahap-tahap ketercapaian hasil serta
perkiraan biaya yang diperlukan. Langkah keempat, membandingkan biaya dan
keuntungan dari beberapa program pendidikan.
c.
The computer-based model, suatu model
pengembangan kurikulum dengan memanfaatkan komputer. Pengembangannya dimulai
dengan mengindentifikasi seluruh rumusan unit-unit kurikulum, tiap unit
kurikulum telah memilki rumusan tentang hasil-hasil yang diharapkan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kurikulum
merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang
disediakan bagi siswa di sekolah. Dalam kurikulum terintregasi filsafat,
nila-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Kurikulum disusun oleh para
ahli pendidikan/ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, penjabat
pendidikan, pengusaha serta unsur-unsur masyarakat lainnya.
Prinsip-prinsip
Pengembangan Kurikulum, yaitu prinsip umum dan prinsip khusus. Didalam prinsip
khusus terdapat beberapa macam pengembangannya yaitu; (a) prinsip relevansi,
(b) prinsip fleksibilitas, (c) prinsip kontinuitas, (d) prinsip praktis, (e)
prinsip efektifitas. Adapun prinsip khusus yaitu; (a) prinsip berkenaan dengan
tujuan pendidikan, (b) prinsip berkenaan dengan isi pendidikan, (c) prinsip berkenaan dengan pemilihan proses
belajar mengajar, (d) prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat
pengajaran, (e) prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian.
Pengembangan
kurikulum dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak yang turut
berpartisipasi, yaitu: administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli
kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan, guru-guru, dan orang tua murid serta
tokoh-tokoh masyarakat.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengembangan kurikulum yaitu; (a) perguruan tinggi, (b)
masyarakat, (c) sistem nilai. Artikulasi dalam pendidikan berarti “kestupaduan
dan koordinasi segala pengalaman belajar”. Untuk merealisasikan artikulasi
kurikulum, perlu meneliti kurikulum secara menyeluruh, membuang hal-hal yang
tidak diperlukan, menghilangkan duplikasi, merevisi metode serta isi
pengajaran, mengusahakan perluasan dan kesinambungan kurikulum. Dalam
pengembangan kurikulum terdapat beberapa hambatan. Hambatan pertama terletak
pada guru. Guru kurang berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum. Hal itu
disebabkan beberap hal. Pertama kurang waktu. Kedua kekurangsesuaian pendapat,
baik antara sesama guru maupun dengan kepala sekolah dan administrator. Ketiga
karena kemampuan dan pengetahuan guru sendiri.
Hambatan
lain datang dari masyarakat. Untuk pengembangan kurikulum dibutuhkan dukungan
masyarakat baik dalam pembiayaan maupun dalam memberikan umpan balik terhadap
sistem pendidikan atau kurikulum yang sedang berjalan. Masyarakat adalah sumber
input dari sekolah. Keberhasilan pendidikan, ketetapan kurikulum yang
digunakan membutuhkan bantuan, serta input fakta dan pemikiran dari
masyarakat.
Model-model
perkembangan kurikulum yaitu; (a) the administrative model, (b) tim grass roots
model, (c) beaucamph’s system, (d) The demonstration model, (e) taba’s inverted
model, (f) roger’s interpersonal relation model, (g) the systematic
action-research model, (h) emerging technical models.
B.
Saran
Setelah
mempelajari tentang perkembangan kurikulum maka kami harapakan bagi setiap pembaca
untuk dapat memahaminya dan dapat mempelajarinya lebih detail dari berbagai
literature lainnya.