BAB I
PENDAHULUAN
- LATARBELAKANG
MASALAH
Awal
kekuasaan dinasti Abbas ditandai dengan pembangkangan yang dilakukan oleh
dinasti Ummayyah di Andalusia(Spanyol). Di satu sisi, al-Rahman bargelar
sebagai Amir(jabatan kepala wilayah ketika itu), sedangkan di sisi yang lain,
ia tidak tunduk pada khalifah yang ada di Baghdad. Perkembangan al-rahman
terhadap bani Abbas mirip dengan pembangkangan yang dilakukan oleh Muawiyah
terhadap Ali bin Abi thalib
http://fahrizal91.blogspot.co.id/ |
Tiga kerajaan besar yaitu kerajaan
Turki Usmani yang dibentuk dan dipimpin yang pertama sekali oleh Usman Ibn
Erthogrol(usman I). Turki Usmani berkuasa sekitar 7 abad dengan 37 sultan.
Dinasti Safawi berjalan tidak stabil karena serangan dari Mongol dan
campurtangan Turki. http://fahrizal91.blogspot.co.id/ Oleh karena itu, kelompok yang tidak puas mencoba mengubah
pola kekuasaan dengan melakukan gerakan-gerakan. Salah satunya adalah
gerakantarekat Safawiyah. Setelah
meninggal Zahirudin Babur sebagai raja bugal, jabatannya digantikan oleh
anaknya Nasyirudin Humayun dan pada zamannya(1556-1605) dinasti Mugal mencapai
puncak kejayaan.
- RUMUSAN
MASALAH
1) Kapankah dinasti Abbsiah berdiri? Dan
apa saja perkembangan umat Islam pada masa itu?
2) Bagaimanakah sejarah berdirinya kerajaan
islam Turki Usmani,Safawi, dan Mugal? Dan bagaimanakah sejarah kejayaan dan
kemunduran dari tiap kerajaan itu masing-masing?
- MANFAAT
PENULISAN
1) Untuk mengetahui sejarah berdiri dan
perkembangan umat islam pada masa dinasti Abbasiah.
2) Untuk mengetahui sejarah berdiri, dan
puncak kejayaan serta kemunduran dari kerajaan islam Turki Usmani, Safawi, dan
Mugal.
BAB II
PEMBAHASAN
- DINASTI
BANI ABBASIAH
- AWAL
BERDIRINYA BANI ABBASIAH
Kekuasaan dinasti bani Abbasiah
adalah melanjutkan kekuasaan dinasti bani Ummayyah. Dinamakan dengan daulah
Abbasiah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Abbas
paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah al-Saffah. Dia
dilahirkan di Humaimah pada tahun 104 H. Dia dilantik menjadi khalifaah pada
tanggal 3 Rabiul Awal 132 H. Kekuasaan dinasti Abbasiah berlangsung dari tahun
750-1258 M.[1]
- PENDIRIAN
DAN KEMAJUAN DINASTI ABBASIAH
Abu al-Abbas
al-Saffah (750-754 M.) adalah pendiri dinasti bani Abbas. Akan tetapi, karena
kekuasaannya sangat singkat, abu ja’far al-Mansur yang banyak berjasa dalam
membangun pemerintah dinasti bani Abbas. Pada tahun 762 M, Abu Mansur
memindahkan ibukota dari Damaskus ke Hasyimiah, kemudian di pndahkan lagi ke
baghdad dekat dengan ibukota Persia. Oleh karena itu, ibukota pemerintahan
dinasti bani abbas berada di tengah-tengah bangsa persia.[2]
- PERKEMBANGAN
ILMU AGAMA
a. Kalam Mu’tazilah
Pada zaman dinasti Abbasiyah fase
pengaruh persia pertama, aliran Mu’tazilah yang dirintis oleh Ibn Atha pada
zaman Umayyah diteruskan oleh murid-muridnya dan dikembangkan. Tokoh Mu’tazilah
kedua adalah Amr Ibn Ubaid(699-757 M.)
b. Hadis dan Fiqih: Abu Hanifah, Malik, dan
al-Syafi’i
Diantara ulama yang lahir pada
zaman Ummayyah dan meninggal pada zaman Abbasiah adalah Abu Hanifah(80-150 H.).
Tidak berbeda dengan pemerintahan bani umayyah, bani Abbas juga melakukan
kekerasan terhadap al-Bayt, seperti tidakan yang dilakukan oleh
al-Mansur terhadap Zakiah. http://fahrizal91.blogspot.co.id/ Abu Hanifah diminta oleh al-Mansur untuk menjadi
hakim, namun ia menulak tawaran tersebut dan akhirnya ia dipenjara dan
dicambuk, dan meninggal pada tahun 150 H, karya yang dinisbahkan kepadanya
adalah al-Fiqh al-Akbar.[3]
- KEMUNDURAN
DINASTI BANI ABBASIAH (850-1194 M.)
a. Perpecahan Internal
Kemunduran dinasti bani Abbas
ditandai dengan adanya pertikaian internal Dinasti Abbas. Sebelum meninggal
Harun al-Rasyid telah menyiapkan dua anaknya yang menjadi putra mahkota untuk
menjadi khalifah al-Amin dan al-Mu’min. Al-Amin diberi hadiah berupa wilayah
bagian Barat, sedangkan Al-Mu’min diberi hadiah berupa wilayah bagian Timur.
Setelah Harun al-Rasyid meninggal (809 M), al- Amin putra mahkota tertua, tidak
bersedia membagi wilayahnya dengan al-Mu’min. Oleh karena itu, pertempuran dua
saudarapun dimulai yang akhirnya dimenangkan oleh al-Mu’min. Setelah perang
usai, al-Mu’min berusaha untuk menyatukan kembali wilayah dinasti bani
Abbasiah. Untuk keprluan itu, ia didukung oleh Tahir(panglima militer), sebagai
imbalannya ia diankat sebagai panglima tertinggi tentara bani Abbasiah. Juga
sebagai gubernur Khurasan (820-822 M.). Kemudian Al-Mu’min digantikan oleh
al-Mu’tashim (833-842 M.) pengganti berikutnya adalah al-Wasiq (842-847 M,) dan
al-Mutawakkil (847-861 M).[4]
- TIGA
KERAJAAN BESAR
- TURKI
USMANI DI ISTANBUL HINGGA MUSTAFA KEMAL
Dinasti Usmani berasal dari suku
Qayigh Aghuz yang dipimpin oleh Sulaiman Syah. Untuk menghindari serangan dari
Mogol, maka mereka pindah ke Syam. Sulaiman Syah dan pasukannya mengalami
musibah, yaitu hanyit di sungai Efrat karena banjir bandang (1228 M).
Kecelakaan itu menyebabkan suku tersebut terpecah menjadi dua bagian. Kelompok
yang melanjutkan perjalanan di pimpin oleh anak Sulaiman Syah yaitu Erthogol
Ibn Sulaiman Syah, dan sebagiannya lagi kembali kedaerah asalnya. Erthogrol dan
pengikutnya kemudian bergabung dengan sultan Ala’ al-Din II. Al-hasil mereke
berhasil memetahkan serangan Bizantium. Sultan memberi hadiah kepada Erthogrol
yaitu sogud (wilayah yang berbatasan dengan Bizantium). [5]
Setelah Erthogrol meninggal, ia digantikan oleh anaknya Usman yang dikenal
dengan Usman I.
a. Kemajuan Ilmu Pengetahuan
Dalam menjalankan pemerintahan,
pemerintah Turki Usmani menggunakan dua gelar sekaligus: khalifah dan sultan.
Khalifah sebagai simbol penguasa duniawi dan sultan adalah simbol penguasa spiritual
(agama)[6].
Secarac praktis, pimimpin Turki Usmani memiliki dua pembantu utama: pertama,mufti
atau syakh al-Islam yang berwenang mewakili pemimpin Turki Usmani dalam
melaksanakan wewenang spiritual; dan kedua, shadhr al-A’zham (perdana
menteri) yang berwenang mewakili pemimpin Turki Usmani dalam melaksanakan
wewenang duniawi.
b. Pembaharuan di Turki Usmani
Kekalahan militer Turki Usmani di
Lepanto (1571 M) dan kegagalan dalam menaklukkan Wina (1683 M) merupakan tanda
pergeseran kekuatan. Militer kristen di Eropa lebih kuat dibandingkan dengan
militer Turki Usmani. Perjajian Kucuk Kaynarca (1774 M) memperkuat dugaan bahwa
militer, teknologi, dan administrasi Eropa lebih maju dibandingkan dengan Turki
Usmani. Solusi yang harus ditempuh adalah Turki harus mengadopsi kemajuan yang
telah dicapai Eropa. Yang kemudian melahirkan gerakan pembaharuan di Turki.
- DINASTI
SAFAWI(1501-1732) DI PERSIA HINGGA KHUMAINI
Nabi Muhammad SAW. Telah mengirim
surat kepada Raja Kisra dari dinasti Sasan di Persia (8H/630 M). Islam masuk ke
Persia pada zaman khalifah Abu Bakar dan berhasil menaklukkan Qadisiah, ibu
kota dinasti Sasan melalui Persia, tentara islam melanjutkan penaklukan lagi ke
India. Dinasti Umayyah kemudian menaklukkan wilayah –wilayah di Persia sehingga
luas wilayahnya hampir menyamai wilayah raja Persia yang sebelumnya ditaklukkan
Iskandar Agung.
a. Pendirian Dinasti Safawi
Safi al-Din (pendiri tarekat
Safawiyah) menurut satu riwayat keturunan Musa al-Kazmi, imam ketujuh Syi’ah
Itsna ‘Asyariah. Tarekat ini mengubah gerakan keagamaan menjadi gerakanpolitik.
Gerakan politik yang pertama dilakukan oleh Isma’il Ibn Haidar (1501 M) dengan
menaklukkan Anatolia(ketika itu berada dibawah kekuasaan Qara Qayunlu dan Aq
Qayunlu dari Turki). Isma’il Ibn Haidar (Isma’il I) adalah khalifah pertama
dinasti Safawi. Isma’il mengklaim dirinya sebagai titisan para imam Syi’ah, [7]
b. Kemajuan Dinasti Safawi
Safawiah menjadikan Syi’ah sebagai
mazhab resmi negara. Pada zaman Khudabanda (1666 M) Isfahan memiliki 162 masid,
48 perguruan, 162 caravansaris, dan 273 tempat pemandian umum yang hampir
seluruhnya didirikan oleh Abbas I dan penggantinya Abbas II.[8]
c. Kemunduran dan Akhir Dinasti Safawiah
Setelah Abbas I, dinasti Safawi
mengalami kemunduran. Sulaiman, pengganti Abbas I, melakukan penindasan dan
pemerasan terhadap ulama sunni dan memaksakan ajaran Syi’ah kepada mereka.
Tindasan semakin parah terjadi pada masa sultan Husain pengganti Sulaiman[9].
Penduduk Afgan(bagian dari Iran) dipaksa untuk memeluk Syi’ah dan ditindas.
Penindasan ini melahirkan pemberontakan yang dipimpin oleh Mahmud Khan(Amir
Kandahar) sehingga berhasil menguasai Herat, Masyhad, dan kemudian merebut
isfahan (1772 M). Setelah itu, Safawi diserang Turki Usmani dan Rusia. Wilayah
Armenia dan wilayah Azerbaijan direbut oleh Turki Usmani. Sedangkan wilayah
propinsi laut Kaspia di Jilan Mazandaran, dan Asterabad direbut oleh Rusia.
d. Khumaini:Revolusi 1979
Revolusi 1979 merupakan akhir
dinasti Pahlevi dan melahirkan pemimpin Iran baru,yaitu Khumaini, ulama
kharismatik, yang menjadikan Iran menganut sistem republik dan islam Syi’ah
sebagai agama negara. Khumaini berjasa dalam membentuk negara republik Islam
Iran dengan Syi’ah sebagai mazhab negara[10].
- DINASTI
MUGAL DI INDIA HINGGA TERBENTUKNYA BANGLADES
a. Berdirinya Dinasti Mugal (1526-1857 M)
Ibrahim Lodi (cucu sultan Lodi),
sultan Delhi terakhir, memenjarakan sejumlah bangsawan yang menentangnya. Hal
itu memicu pertempuran antara Ibrahim Lodi dengan Zahiruddin Babur(cucu Timur
Lenk) di Panipazh (1526 M). Ibrahim terbunuh dan kekuasaannya dipegang oleh
Babur, sejak itulah dinasti Mugal di India, dan Delhi dijadijan ibu kota.[11]
Setelah mninggal, Zahiruddin
diganti oleh anaknya, Nashrudin Humayun (1530-1556 M) kemudian diganti oleh
anaknya, Akbar Khan (1556-1605 M). Pada zamannya dinasti Mugal mencapai puncak
kejayaan.
b. Hubungan Hindu-Islam dan Respon Umat
Islam terhadap Kekuasaan Inggris
Pada zaman penjajahan Inggris,
India terdapat dua partai politik besar: partai Kongres yang dipimpin oleh
Jawaharlal Nehru.anggota partai ini terdiri atas orang-orang Hindu dan Muslim;
dan Liga Musalim India, partai yang dibenruk untuk mewadahi suara umat islam.
Dua partai ini tidak pernah satu visi karena kepentingan yang berbeda.
Pada tahun 1857 M, terjadi revolusi
multiny, puncak perkawanan islam terhadap inggris. Revolusi ini dipicu oleh
sikap inggris yang tidak menyertakan Islam dan Hindu dalam parlemen. Revolusi
ini kemudian mendorong Inggris untuk merangkul umat Hindu dan mengucilkan umat
islsm.
c. Negara Bangladehs 91971 M)
Umat Islam sudah menginjakkan
kakinya di Bengal pada tahun 711 M. Pemerintah(dinastu) Islam yang menguasai
Bengak adalah Mahmud Gaznawi (1001 M). Kemudian kesultanan Bengal dikuasai oleh
Delhi. Pada tahun 1341 M Bengal melepaskan diri dari Delhi. Dan menyatakan
merdeka dibawah pimpinan Syamsudin Ilyas. Akan tetapi, kemudiaan Bengal
dikuasai oleh Inggris (1747 M). Ketika merdeka dari Inggris, Bengal disatukan
dengan Pakistan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dinasti
Abbasiah didirikan oleh Abdullah al-Saffah. Dia dilahirkan di Humaimah pada tahun
104 H. Dan puncak kejayaannya berada pada masa Harun al-Rasyid.
Dinasti
Usmani berasal dari suku Qayigh Aghuz yang dipimpin oleh Sulaiman Syah. Dinasti
ini terkenal dibawah pimpinan Usman(cucu Sulaiman Syah).
Dinasti
safawi didirikan oleh Safi al-Din, dan Isma’il Ibn Haidar sebagai khalifah
pertama. Dan masa kejayaan dicapai pada masa Abbas I dan Abbas II.
Zahiruddin
Babur adalah Raja pertama Mogul dan masa keemasan mereka dicapai pada masa
kekuasaan cucunya Akbar Khan(1556-1605 M).
B. SARAN
Ilmu
sejarah memang sulit kita ketahui tentang kevalitannya. Untuk mengetahui
tentang kebenaran dalam sebuah sejarah kita haruslah mecarinya secara
mendetail, oleh sebab itu, makalah ini masih jauh dari kesempurnaannya, maka
penulis sangat mengharapkan kritikan yang berupa tambahan dan sifatnya
membangun untuk kesempurnaan dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Mubarok,Jaih. Sejarah
Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005.
Suwiro, Sejarah
Sosial Pendidikan. Jakarta : Kencana, 2008.
Yatim, Badri. Sejarah
Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2004.
Supriyadi. Sejarah
Peradaban Islam. Bandung: 2008.
[1]Badri Yatim, sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia),
h. 98
[2] Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Bani Quraisy,
2005), h. 118
[3] Ibid, h. 122
[4]Ibit, h. 126
[5] Suwiro, Sejarah Sosial Pendidikan, (Jakarta: Kencana,2008) h.
142
[6]Ibit, h. 147
[7]Dedi Supriyadi, Sejarah Paradaban Islam, (Bandung: Pustaka
Setia) h. 128
[8] Suwiro, op, cit.. h 157.
[9] Badri Yatim, op, cit.. h 211
[10]Jaih Mubarok, op,cit.. h 208
[11]Ibit, h 210