Konsep pendidikan Al-Ghazali dapat diketahui dengan cara memahami pemikirannya
berkenaan dengan berbagai aspek yang berkaitan dengan pendidikan, yaitu:
tujuan, kurikulum, etika guru, dan etika murid, metode.
1. Tujuan
Pendidikan menurut Al-Ghazali
Seorang guru dapat merumuskan suatu tujuan kegiatan dengan baik, jika ia
memahami benar filsafat yang mendasarinya. Rumusan selanjutnya akan menentukan
aspek kurikulum, metode, dan lainnya. Dari hasil studi terhadap pemikiran
Al-Ghazali dapat diketahui dengan jelas bahwa tujuan akhir yang ingin dicapai
melalui pendidikan ada dua, pertama: tercapainya kesempurnaan insani yang
bermuara pada pendekatan diri kepada Allah SWT; kedua, kesempurnaan insani
yang bermuara pada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Karena itu, beliau bercita-cita mengajarkan manusia agar mereka sampai pada sasaran yang merupakan tujuan akhir dan maksud dari pendidikan. Tujuan itu tampak bernuansa religius dan moral, tanpa mengabaikan masalah duniawi. Akan tetapi, di samping bercorak agamis yang merupakan ciri spesifik pendidikanIslam dengan mengutamakan pada sisi keruhanian. Kecenderungan tersebut sejalan dengan filsafat Al-Ghazali yang bercorak tasawuf. Maka tidak salah bila sasaran pendidikan adalah kesempurnaan insani dunia dan akhirat. Manusia akan sampai pada tingkat ini hanya dengan menguasai sifat keutamaam melalui jalur ilmu. Keutamaan itu yang akan membuat bahagia di dunia dan mendekatkan kepada Allah SWT sehingga bahagia di akhirat kelak. Oleh karena itu, menguasai ilmu bagi beliau termasuk tujuan pendidikan, mengingat kandungan nilai serta kenikmatan yang diperoleh manusia darinya.
Dari hasil studi pemikiran Al-Ghazali dapat diketahui dengan jelas bahwa tujuan akhir yang ingin dicapai melalui kegiatan pendidikan adalah: Pertama, tercapainya kesempurnaan insani yang bermuara pada pendekatan diri kepada Allah. dan kedua, kesempurnaan insani yang bermuara pada kebahagiaan di dunia dan akhirat. Karena itu, ia bercita-cita mengajarkan manusia agar mereka sampai pada sasaran-sasaran pendidikan yang merupakan tujuan akhir dan maksud dari tujuan itu. Sasaran pendidikan menurut Al-Ghazali adalah kesempurnaan insani di dunia dan akhirat. Manusia akan sampai kepada tingkat kesempurnaan hanya dengan menguasai sifat keutamaan jalur ilmu dan menguasai ilmu adalah bagian dari tujuan pendidikan.
2. Kurikulum
Pendidikan menurut Al-Ghazali
Kurikulum yang dimaksud adalah kurikulum dalam arti sempit, yaitu seperanngkat
ilmu yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik. Pendapat Al-Ghazali
terhadap kurikulum dapat dilihat dari pandangannya mengenai ilmu pengetahuan
yang dibaginya dalam beberapa sudut pandang.
Al-Ghazali
membagi ilmu pengetahuan menjadi tiga bagian, yaitu:
Ø Ilmu tercela yaitu ilmu yang
tidak ada manfaatnya baik di dunia maupun di akhirat, seperti ilmu nujum,
sihir, dan ilmu perdukunan. Bila ilmu ini dipelajari akan membawa mudharat bagi
yang memilikinya maupun orang lain dan akan meragukan keberadaan Allah SWT.
Ø Ilmu terpuji misalnya ilmu tauhid
dan ilmu agama. Bila ilmu ini dipelajari akan membawa orang kepada jiwa yang
suci bersih dari kerendahan dan keburukan serta dapat mendekatkan diri kepada
Allah SWT.
Ø Ilmu terpuji pada taraf tertentu dan
tidak boleh didalami karena dapat mengakibatkan goncangan iman, seperti ilmu
filsafat.
Dari
ketiga kelompok ilmu tersebut, Al-Ghazali membagi lagi menjadi dua bagian yang
dilihat dari kepentingannya, yaitu:
Ø Ilmu fardhu (wajib) yang harus
diketahui oleh semua orang Muslim, yaitu ilmu agama.
Ø Ilmu fardhu kifayah yang dipelajari
oleh sebagian Muslim untuk memudahkan urusan duniawi, seperti : ilmu hitung,
kedokteran, teknik, ilmu pertanian dan industri.
3. Pendidik
menurut Al-Ghazali
Dalam suatu proses pendidikan adanya
pendidik merupakan suatu keharusan. Pendidik sangat berjasa dan berperan dalam
suatu proses pendidikan dan pembelajaran sehingga Al-Ghazali merumuskan
sifat-sifat yang harus dimiliki pendidik diantaranya guru harus cerdas,
sempurna akal, dan baik akhlaknya; dengan kesempurnaan akal seorang guru dapat
memiliki ilmu pengetahuan secara mendalam dan dengan akhlak yang baik dia dapat
memberi contoh dan teladan bagi muridnya.
Menurut Al-Ghazali, guru yang dapat diserahi tugas mengajar selain harus cerdas dan sempurna akalnya juga baik akhlak dan kuat fisiknya. Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara mendalam, dengan akhlaknya dapat menjadi contoh dan teladan bagi para muridnya, dan dengan kuat fisiknya guru dapat melaksanakan tugas mengajar, mendidik dan mengarahkan anak-anak muridnya.
Selain sifat-sifat umum di atas pendidik kendaknya juga memiliki sifat-sifat khusus dan tugas-tugas tertentu diantaranya:
Ø Sifat kasih sayang.
Ø Mengajar dengan ikhlas dan tidak
mengharapkan upah dari muridnya.
Ø Menggunakan bahasa yang halus ketika
mengajar.
Ø Mengarahkan murid pada sesuatu yang
sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan siswa.
Ø Menghargai pendapat dan kemampuan
orang lain.
Ø Mengetahui dan menghargai perbedaan
potensi yang dimiliki murid.
4. Peserta
Didik Menurut Al-Ghazali
Dalam kaitannya dengan peserta didik, lebih lanjut Al-Ghazali menjelaskan bahwa
mereka merupakan hamba Allah yang telah dibekali potensi atau fitrah untuk
beriman kepada-Nya. Fitrah itu sengaja disiapkan oleh Allah sesuai dengan
kejadian manusia, cocok dengan tabiat dasarnya yang memang cenderung kepada
agama Islam.
Ketika menjelaskan makna pendidikan kepada umat, Al-Ghazali membagi manusia menjadi tiga golongan yang sekaligus menunjukkan keharusan menggunakan metode dan pendekatan yang berbeda pula, yaitu:
Ø Kaum awam, yaitu orang yang cara
berfikirnya sederhana sekali. Dengan cara berfikir tersebut mereka tidak dapat
mengembangkan hakikat-hakikat. Mereka mempunyai sifat lekas percaya dan
menurut. Golongan ini harus dihadapi dengan sikap memberi nasehat dan petunjuk.
Ø Kaum pilihan, yaitu orang yang
akalnya tajam dengan cara berfikir yang mendalam. Kepada kaum pilihan tersebut
harus dihadapi dengan sikap menjelaskan hikmat-hikmat.
Ø Kaum pendebat (ahl al jidal), harus
dihadapi dengan sikap mematahkan argumen-argumen mereka.
Menurut
Al-Ghazali, ketika menuntut ilmu peserta didik memiliki tugas dan kewajiban,
yaitu:
Ø Mendahulukan kesucian jiwa.
Ø Bersedia merantau untuk mencari ilmu
pengetahuan.
Ø Jangan menyombongkan ilmunya apalagi
menentang guru.
Dengan
tugas dan kewajiban tersebut diharapkan seorang peserta didik mampu untuk
menyerap ilmu pengetahuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
5. Metode
Pendidikan Menurut Al-Ghazali
Perhatian Al-Ghazali terhadap metode pengajaran lebih dikhususkan bagi
pengajaran pendidikan agama untuk anak-anak. Untuk ini ia telah mencontohkan
suatu metode keteladanan bagi mental anak-anak, pembinaan budi pekerti, dan
penanaman sifat-sifat keutamaan pada diri mereka. Metode pengajaran menurut
Al-Ghazali dapat dibagi menjadi dua bagian antara pendidikan agama dan
pendidikan akhlak.
Metode pendidikan agama menurut Al-Ghazali pada prinsipnya dimulai dengan hapalan dan pemahaman, kemudian dilanjutkan dengan keyakinan dan pembenaran, setelah itu penegakan dalil-dalil dan keterengan-keterangan yang menguatkan akidah.
Metode pendidikan agama menurut Al-Ghazali pada prinsipnya dimulai dengan hapalan dan pemahaman, kemudian dilanjutkan dengan keyakinan dan pembenaran, setelah itu penegakan dalil-dalil dan keterengan-keterangan yang menguatkan akidah.
Al-Ghazali berpendapat bahwa pendidikan agama harus mulai diajarkan kepada anak-anak sedini mungkin. Sebab dalam tahun-tahun tersebut, seorang anak mempunyai persiapan menerima kepercayaan agama semata-mata dengan mengimankan saja dan tidak dituntut untuk mencari dalilnya. Sementara itu berkaitan dengan pendidikan akhlak, pengajaran harus mengarah kepada pembentukan akhlak yang mulia. Al-Ghazali mengatakan bahwa akhlak adalah suatu sikap yang mengakar di dalam jiwa yang akan melahirkan berbagai perbuatan baik dengan mudah dan gampang tanpa perlu pemikiran dan pertimbangan.
Selanjutnya, prinsip metodologi pendidikan modern selalu menunjukan aspek
ganda. Suatu aspek menunjukan proses anak belajar dan aspek lainnya menunjukan
aspek guru mengajar dan mendidik.
a).
Asas-asas metode belajar
Ø Memusatkan perhatian sepenuhnya.
Ø Mengetahui tujuan ilmu pengetahuan
yang akan dipelajari.
Ø Mempelajari ilmu pengetahuan dari
yang sederhana menuju yang komplek.
Ø Mempelajari ilmu pengetahuan dengan
sistematika pembahasan.
b).
Asas-asas metode mengajar
Ø Memperhatikan tingkat daya pikir
anak.
Ø Menerangkan pelajaran dengan cara
yang sejelas-jelasnya.
Ø Mengajarkan ilmu pengetahuan dari
yang konkrit kepada yang abstrak.
Ø Mengajarkan ilmu pengetahuan dengan
berangsur-angsur.
c).
Asas metode mendidik
Ø Memberikan latihan-latihan.
Ø Memberikan pengertian dan nasihat-a.
Ø Melindungi anak dari pergaulan yang
buruk.