Advertisement
Jejak Pendidikan- Ada
kencenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar
lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah.
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya,bukan mengetahuinya.Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya,bukan mengetahuinya.Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Pendekatan
konstektual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam
kehidupan sehari-hari .Dengan konsep itu,hasil pembelajaran diharapkan lebih
bermakna bagi siswa,Proses pembelajaran alamiah berlangsung dalam bentuk
kegiatan siswa bekerja dan mengalami,bukan mentrasfer pengetahuan dari
guru kesiswa .Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil.
B. PENGERTIAN
Menurut Nur Hadi CTL adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.
Menurut Jonhson CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk menolong para siswa melihat siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka.
Jadi pengertian CTL dari pendapat para tokoh-tokoh diatas dapat kita simpulkan bahwa CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
C. TUJUAN
Model
pembelajaran CTL ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk memahami makna
materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut
dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan
atu ketrampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dari permasalahan
kepermasalahan lainya.
- Model pembelajaran ini bertujuan agar dalam belajar itu tidak hanya sekedar menghafal tetapi perlu dengan adanya pemahaman.
- Model pembelajaran ini menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa.
- Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk melatih siswa agar dapat berfikir kritis dan terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.
- Model pembelajaran CTL ini bertujun agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna.
- Model pembelajaran nodel CTL ini bertujuan untuk mengajak anak pada suatu aktivitas yang mengkaitkan materi akademik dengan konteks jehidupan sehari-hari.
- Tujuan pembelajaran model CTL ini bertujuan agar siswa secara indinidu dapat menemukan dan mentrasfer informasi-informasi komplek dan siswa dapat menjadikan informasi itu miliknya sendiri.
D. STRATEGI-STRATEGI PEMBELAJARAN CTL
Beberapa
strategi pembelajaran yang perlu dikembangkan oleh guru secara konstektual
antara lain:
1. Pembelajaran
berbasis masalah.
Dengan
memunculkan problem yang dihadapi bersama,siswa ditantang untuk berfikir kritis
untuk memecahkan .
2.Menggunakan
konteks yang beragam.
Dalam CTL guru
membermaknakan pusparagam konteks sehingga makna yang diperoleh siswa menjadi
berkualitas.
3.Mempertimbangkan
kebhinekaan siswa.
Guru mengayomi
individu dan menyakini bahwa perbedaan individual dan social seyogianya
dibermaknakan menjadi mesin penggerak untuk belajar saling menghormati
dan toleransi untuk mewujudkan ketrampilan interpersonal.
4.Memberdayakan
siswa untuk belajar sendiri.
Pendidikan
formal merupakan kawah candradimuka bagi siswa untuk menguasai cara belajar
untuk belajar mandiri dikemudian hari.
5.Belajar
melalui kolaborasi
Dalam setiap
kolaborasi selalu ada siswa yang menonjol dibandingkan dengan koleganya dan
sisiwa ini dapat dijadikan sebagai fasilitator dalam kelompoknya
6.Menggunakan
penelitian autentik
Penilaian
autentik menunjukkan bahwa belajar telah berlangsung secara terpadu dan
konstektual dan memberi kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai
dengan potensi yang dimilikinya
7.Mengejar
standar tinggi
Setiap
seyogianya menentukan kompetensi kelulusan dari waktu kewaktu terus
ditingkatkan dan setiap sekolah hendaknya melakukan Benchmarking dengan
melukan study banding keberbagai sekolah dan luar negeri
Berdasarkan Center for
Occupational Research and Development (CORD) Penerapan strategi
pembelajaran konstektual digambarkan sebagai berikut:
1. Relatinng
Belajar
dikatakan dengan konteks dengan pengalaman nyata ,konteks merupakan kerangka
kerja yang dirancang guru untuk membantu peserta didik agar yang
dipelajarinya bermakna
2. Experiencing
Belajar adalah
kegiatan “mengalami “peserta didik diproses secara aktif dengan hal yang
dipelajarinya dan berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang
dikaji,berusaha menemukan dan menciptakan hal yang baru dari apa yang
dipelajarinya.
3. Applying
Belajar
menekankan pada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki dengan dalam
konteks dan pemanfaatanya
4. Cooperative
Belajar
merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui kegiatan
kelompok,komunikasi interpersonal atau hubunngan intersubjektif
5. Trasfering
Belajar
menenkankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi
atau konteks baru.
E. LANDASAN FILOSOFI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Para pendidik
yang menyetujuai pandangan ilmu pengetahuan bahwa alam semesta itu tidak
hidup,tidak diam ,dan alam semesta itu ditopang oleh tiga prinsip kesaling
ketergantungan,diferensiasi dan organisasi diri ,harus menerapkan pandangan dan
cara berfikir baru mengenai pembelajaran dan pengajaran.
Menurut JONHSON (2004) tiga
pilar dalam system CTL antara lain :
1. CTL
mencerminkan prinsip kesaling ketergantungan
Kesaling
ketergantungan mewujudkan diri. Misalnya ketika para siswa bergabung untuk
memecahkan masalah dan ketika para guru mengadakan pertemuan dengan rekanya
.Hal ini tampak jelas ketika subyek yang berbeda dihubungkan dan ketika
kenitraan menggabungkan sekolah dengan dunia bisnis dan komunitas.
2. CTL
mencerminkan prinsip berdeferensiasi
Ketika CTL
menentang para siswa untuk saling menghormati keunikan masing-masing ,untuk
menghormati perbedaan,untuk menjadi kreatif,untuk bekerja sama ,untuk
menghasilkan gagasan dan hasil baru yang berbeda ,dan untuk menyadari bahwa
keragaman adalah tabda kemantapan dan kekuatan.
3. CTL
mencerminkan prinsip pengorganisasian diri
Pengorganisasian
diri terlihat para siswa mencari dan menemukan kemampuan dan minat mereka
sendiri yang berbeda ,mendapat manfaat dari umpan balik yang diberiakan oleh
penilaian autentik,mengulas usaha-usaha mereka dalam tuntunan tujuan yang jelas
dan standar yang tinggi dan berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang
berpusat pada sisiwa yang membuat hati mereka bernyanyi.
Landasan
filosofi CTL adalah kontruktivisme,yaitu filosofi belajar yang menekankan
bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal .siswaharus mengkontruksi
pengetahuan dibenak mereka sendiri.Pengetahuan tidak dapat dipisahkan menjadi
fakta atau proposisi yang terpisah ,tetapi mencerminkan ketrampilan yang dapat
diterapkan.Kontruktivisme berakar pada filsafat pragmatiisme yang digagas John
Dewey pada awal abad ke-20 yaitu sebuah filosofi belajar yang menekankan pada
pengembangan minat dan pengalaman siswa.
Anak akan
belajar belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah.Belajar akan
lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya bukan hanya
mengetahuinya.
F. KOMPONEN-KOMPONEN PEMBELAJARAN CTL
komponen-komponen
model pembelajaran CTL ini antara lain :
1. Kontruktivisme
Kontruktivisme
adalah proses membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif
siswa berdasarkan pengalaman. Pembelajaran
ini harus dikemas menjadi proses”mengkontruksi”bukan menerima pengetahuan.
2. Inquiry
Inquiry adalah
proses pembelajaran yang didasrkan pada proses pencarian penemuan melalui
proses berfikir secara sistematis.
Merupakan
proses pemindahan dari pengamatan menjadi pemahaman sehingga siswa belajar
mengunakan ketrampilan berfikir kritis.
Langkah-langkah
dalam proses inquiry antara lain :
a. Merumuskan
masalah
b. Mengajukan
hipotesis
c. Mengumpilkan
data
d. Menuji
hipotesis
e. Membuat
kesimpulan
3. Bertanya
Bertanya dalah
bagian inti belajar dan menemukan pengetahuan .
4. Masyarakat belajar
Menurut
Vygotsky dalam masyarakat belajar ini pengetahuan dan pengalaman anak
banyak dibentuk oleh komunikasi dengan orang lain.
5. Pemodelan
Pemodelan
adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sebagai sustu contoh yang dapat
ditiru oleh siswa.
6. Refleksi
Refleksi adalah
proses pengengalaman yang telah dipelajari dengan cara mengerutkan dan
mengevalusi kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran telah dilaluinya untuk
mendapatkan pemahaman yang dicapai baik yang bersifat positif maupun bernilai
negative.
7. Penilaian
nyata
Penilaian nyata
adalah proses yang dilukan oleh guru untuk mengumpulkan informasi tentang
perkembangan belajar yang dilakukan oleh siswa.
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN CTL
Langkah-langkah pembelajaran
CTL antara lain :
- Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,menemukan sendiri ,dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.
- Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topic.
- Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
- Menciptakan masyarakat belajar.
- Menghadirkan model sebagia contoh belajar.
- Melakukan refleksi diakhir pertemuan.
- Melakukan penialain yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Ciri kelas yang menggunakan
pendekatan konstektual
- Pengalaman nyata
- Kerja sama, saling menunjang
- Gembira, belajar dengan bergairah
- Pembelajaran terintegrasi
- Menggunakan berbagai sumber
- Siswa aktif dan kritis
- Menyenangkan ,tidak membosankan
- Sharing dengan teman
- Guru kreatif
H. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
1. Kelebihan dari model pembelajaran CTL
- Memberikan kesempatan pada sisiwa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimiliki sisiwa sehingga sisiwa terlibat aktif dalam PBM.
- Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif.
- Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.
- Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru.
- Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
- Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.
- Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.
2. Kelemahan dari model pembelajaran CTL
- Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan siswa padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehinnga guru akan kesulitan dalam menetukan materi pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa tadi tidak sama.
- Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PBM.
- Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya.
- Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan.
- Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model CTL ini.
- Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya dalam bentuk lesan akan mengalami kesulitan sebab CTL ini lebih mengembangkan ketrampilan dan kemampuan soft skill daripada kemampuan intelektualnya.
- Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak merata.
- Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL ini peran guru hanya sebagai pengarah dan pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk aktif dan berusaha sendiri mencari informasi, mengamati fakta dan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru di lapangan
I. CONTOH POLA PEMBELAJARAN CTL
1. Contoh
pola pembelajaran CTL (Rumpun IPS)
Topik : fungsi pasar
Kompetensi dasar : Siswa memahami fungsi dan memahami fungsi
dan jenis pasar
Indikator hasil belajar :
-Siswa dapat
menjelaskan pengertian pasar
-Siswa dapat
menjelaskan jenis-jenis pasar
-Siswa dapat
menjelaskan perbedaan karakteristik pasar tradisional dan pasar modern
-Siswa dapat
menyimpulakan fungsi pasar
-Siswa dapat
membuat karangan terkait tenaga pasar.
Proses pembelajarannya
a. Pendahuluan
- Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai sisiwa dan pentingnya materi ajar dalam kehidupan ekonomi social.
- Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL
- Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah
- Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi kepasar tradisional dan pasar modern
- Melalui instrument observasi atau angket siswa diminta mencatat mengenai berbagai hal yang ditemukan dipasar.
3) Guru
melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.
b. Kegiatan inti
Dilapangan
- Siswa melakukan observasi kepasar sesuai dengan pembagian tugas kelompok.
- siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan dipasar sesuai alat observasi ,angket yang telah mereka susun sebelumnya.
Didalam kelas
- Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
- siswa melaporkan hasil diskusi
- Setiap kelompok saling menjawab terhadap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lainya.
c. Penutup
- Dipimpin oleh guru ,siswa menyimpulkan hasil observasi dan diskusi tentang fungsi dan jenis pasar sesuai dengan indicator belajr yang dicapai.
- Guru menugaskan siswa untuk membuatkarangan tentang pengalaman belajar mereka dengan team”pasar”
2. Contoh
scenario pembelajaran konstektual untuk ilmu alam atau sains
Pengorganisasian : kelompok
kecil 4-5 orang
Pertemuan
I :Menyelidiki
perubahan air menjadi uap dan kembali lagi menajadi air
- Tanya jawab tentang terjadinya hujan
- Penjelasan penggunaan alat
- Melakukan kegiatan percobaan
- Mengamati dan melaporkan hasil percobaan
- Menyimpulkan hasil kegiatan
- Memberi contoh terapan dalam kehidupan sehari-hari
Pertemuan II :Menyelidiki wujud lilin yang dipanaskan
kemudian didinginkan
- Tanya jawab tentang terjadinya perubahan wujud pada lilin.
- Penjelasan penggunaan alat
- Melakukan kegiatan percobaan
- Mengamati dan melaporkan hasil percobaan
- Menyimpulakan hasil percobaan
- Memberi contoh terapan dalam kehidupan sehari-hari.
Alat dan Bahan
:
- Air, lilin, korek api
- Kompor/pemanas, cawan
Penilaian
- Penialian tertulis (Mengenal perubahan wujud, mengenai benda yang berubah wujud dapat kembali kewujud semula)
- Kinerja(mengamati kinerja sisiwa atau melakukan percobaan)
- Produk(merancanng dan membuat alat penyulingan air)
J. PENUTUP
Dari uraian
diatas dapat kita simpulkan bahwa model pembelajaran CTL ,dapat membantu
meningkatkan hasil belajar karena strategi CTL ini lebih memfokuskan pada
pemahaman serta menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa dalam
kehidupan sehari-hari bukan hanya sekedar hafalan saja.Sehingga dengan strategi
CTL ini siswa diharapkan dapat berfikir kritis dan terampil dalam memproses
pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi
dirinya sendiri dan orang lain.Sehinnga pembelajaran dengan menggunakan
strategi CTL ini pembelajaran akan lebih produktif dan bermakna.
DAFTAR PUSTAKA
DePorter, Bobbi dkk.1999.Quantum Learning.Bandung:Kaifa
Sugiyanto.Modul PLPG