Advertisement
JeJak Pendidikan- Hati
bagaikan cermin untuk seseorang, bila seseorang memiliki hati yang mulia maka
dapat dilihat dari tingkah laku seseorang yang mulia. Begitu juga sebaliknya.
Hati ibarat bagaikan raja yang mengontrol dan menyuruh segalanya kepada pasukan
(anggota tuuh). Juga dalam menyemai ilmu pengetahuan dalam hati kita harus
memilih seperti guru, teman, dan ilmu yang akan kita pelajari.
Rumusan
Masalah
- Apa itu hati menurut pandangan tasawuf ?
- Bagaimana cara menyemai (menggarap) ilmu pengetahuan ?
Manfaat Penulisan
- Menjelaskan pengertian hati menurut pandangan tasawuf.
- Menjelaskan cara menanamkan ilmu pengetahuan dalam hati.
Pembahasan
A. Pengertian Qalbu
Qalbu (قلب )
berasal dari bahasa Arab, yang artinya hati, hati terletak di dalam tubuh
manusia yang bila dilihat secara lahiriah sangat berperan penting dalam
kehidupan, bahkan bila dilihat dari segi ilmu Biologi hati juga menjadi penawar
racun bagi tubuh seseorang.
Bila
dilihat dengan kaca mata pendidikan tasawuf, maka hati akan membentuk perilaku
seseorang, karena Rasulullah pernah berpesan kepada sahabatnya didalam tubuh
kita ada qalbu harus lebih diutamakan, karena rusaknya qalbu lebih berbahaya
daripada rusaknya anggota badan. Rusaknya qalbu akan dirasakan akibatnya oleh
si pemiliknya, baik ketika di dunia apalagi saat di akhirat nanti.
Akan tetapi rusaknya anggota badan hanya
dirasakan saat di dunia dan akan berakhir dengan datangnya kematian. Begitu
pula baik dan tidaknya amalan anggota badan, sangat dipengaruhi oleh keadaan
qalbu seseorang. Hal ini sebagaimana Nabi kita Muhammad S.A.W bersabda:
أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
Artinya: “Ketahuilah bahwasanya pada setiap tubuh seseorang ada segumpal daging. Jika dia baik, akan baiklah seluruh anggota tubuhnya. Namun apabila dia rusak maka akan rusak pula seluruh anggota tubuhnya. Ketahuilah bahwasanya segumpal daging tadi adalah qalbu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).[1]
Pada
hadits tersebut kita memahami bahwa perbuatan anggota badan dipengaruhi oleh
keadaan qalbu seseorang. Apabila qalbunya dipenuhi dengan cinta kepada Allah
dan Rasul-Nya, maka anggota badannya juga akan dipergunakan untuk menaati
segala ajaran Allah dan Rasul-Nya. Sebaliknya, apabila qalbunya dipenuhi oleh
cinta kepada syahwat dan mengikuti hawa nafsu, anggota badannya pun akan tunduk
mengikuti keinginan syahwat dan hawa nafsunya.
Ketika
jiwa seseorang telah mampu melepaskan diri dari belenggu hawa nafsu,
bayang-bayangnya masih saja menghantuinya. Jadi jika mereka sanggup
menghindarinya maka semua tabir penghalang itu akan musnah, baik tabir yang
tipis maupun yang tebal. Sehingga ia tergolong kedalam golongan orang-orang
yang kasyaf yang dibukakan bagi mereka hijab.[2]
kedudukan
qalbu terhadap anggota badan lainnya adalah ibarat seorang raja terhadap para
bawahannya yang harus selalu mengerjakan perintah atasan sesuai dengan yang di
suruh. Apabila hati sering di bina maka hati tersebut akan menjadi hati yang
taat kepada Allah, namun bila hati tidak pernah di bina maka hati akan keras
seperti batu bahkan lebih keras dari batu, hati yang lebih keras dari batu
itulah hati yang jauh dengan anjuran Allah dan Rasulnya.[3]
B. Menyemai Ilmu Pengetahuan
Dalam mempelajari
sebuah ilmu pengetahuan yang di amali serta dimasukkan kedalam hati juga untuk
di trensfer kepada orang lain akan terlihat dari kebutuhan seseorang, namun
didalam ilmu tasawuf para ulama menggunakan sistem tarekat sebagaimana yang dirintis
oleh ulama tasawuf pendahuluannya.
Sistem
tersebut berupa pengajaran seorang guru kepada muridnyayang bersifat teoritis
sebagai bimbingan langsung mengenai cara pelaksanaannya, yang diberinama dengan
“suluk” didalam ajaran tasawuf. Dalam ilmu Tasawuf ulama-ulama membagi
ilmu kedalam empat bagian yaitu:
- Ilmu syariah
- Ilmu thariqah
- ilmu haqiqah
- Ilmu ma’rifah[4]
Seseorang
yang telah menjalani thariqah, yang seimbang dengan syariah lahir dan batin
untuk menuju kepada tuuan tertentu dalam tasawuf. Insya Allah tercapailah
kondisi mental yang menciptakan manusia yangsempurna “insan kamil” yang selalu
dakae dangan Allah yang disebut dengan “Waliyulla” yaitu orang yang selalu
mendapatkan limpahan karunia Ilahi sehingga sanggup melakukan perbuatan yang
luarbiasa yang disebut dengan karamah.[5]
Menyemai
ilmu Akhlak dalam tasawuf juga sangat di anjurkan sebab, apabila seseorang
sudah memiliki akhlak yang mulia maka pastilah seperti ilmu yang telah kami
sebutkan di atas tadi sudah ada didalam hati seseorang, karena setiap orang
akan dikatakan baik bila akhlak dan kelakuannya baik. Dalam ilmu tasawuf
membagi akhlak manusia kedalam beberapa bagian yaitu:
- Akhlak terhadap Allah
- Akhlak terhadap manusia
- Akhlak terhadap lingkungan.[6]
Az-Zarnuji
juga menjelaskan dalam kitab Ta’limul Muta’allim penuntut ilmu hendaklah yang
memilih ilmu terbagus dari setiap ilmu, yang ilmu tersebut sangat diperlukan
saat sekarang kemudian yang diperlukan diwaktu nanti, juga dalam garapan ilmu
pengetahuan agar ilmu seseorang mantap, Az-zarnuji juga menganjurkan kepada
kita untuk memilih guru dan teman yang tekun.[7]
Rasulullah
menganjurkan bagi yang menuntut ilmu agar memiliki hati yang ikhlas:
االناس كلهم موتى الأالعالمون, والعالمون كلهم موتا الأ العاملون, و العاملون كلهم موتى الأ المخلصونظ,
Artinya:"Manusia seluruhnya mati kecuali orang-orang alim, orang-orang alim seluruhnya mati kecuali orang yang mengamalkannya, dan orang-orang yang beramal seluruhnya mati kecuali orang-orang ikhlas.[8]
Penutup
Kesimpulan
perbuatan
anggota badan dipengaruhi oleh keadaan qalbu seseorang. Apabila qalbunya
dipenuhi dengan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, maka anggota badannya juga
akan dipergunakan untuk menaati segala ajaran Allah dan Rasul-Nya. Sebaliknya,
apabila qalbunya dipenuhi oleh cinta kepada syahwat dan mengikuti hawa nafsu,
anggota badannya pun akan tunduk mengikuti keinginan syahwat dan hawa nafsunya.
Dalam
ilmu Tasawuf ulama-ulama membagi ilmu kedalam empat bagian yaitu:
Ilmu
syariah
Ilmu
thariqah
Ilmu
haqiqah
Ilmu
ma’rifah
Saran
Dalam
menulis makalah ini pemakalah sangatlah dangkal pengetahuannya, apalagi masalah
penggarapan ilmu pendidikan merupakan hal yang paling penting yang harus
diketahui oleh seluruh manusia, dan selalu dilakukan oleh setiap manusia. Serta
ruang lingkup yang sangat luas.
Daftar
Pustaka
Basyir,
Damanhuri. 2005. Ilmu Tasawuf. Banda Aceh: Yayasan Pena Banda Aceh
Mustofa.
1995. Neraca Beramal. Jakarta: Rineka Cipta.
Az-Zarnuji.
1978. Ta’limul Muta’allimi. Kudus: Menara Kudus.
Al-Asqalani,
Hajar, Ibnu. 2010. Jakarta:akbar Media.
Www.Majalah
Asysyariah.com
[1]
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughu Maram, (Jakatra: Akbar Media), hal.
398.
[2]
Www.Majalah Asysyariah.com (Di akses 10 oktober 2012).
[3] Ibid.
[4]
Damanhuri Basyir, Ilmu Tasawuf, (Banda Aceh: Yayasan Pena Banda Aceh), Hal. 30.
[5] Ibid.
[6] Ibid
, . Hal. 156.
[7]Az-Zarnuji,
Ta’limul Muta’allimi, (Kudus: Menara Kudus), Hal. 3
[8]
Mustofa, Neraca Beramal, (Jakarta: Rineka Cipta), hal. 104.